Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Curhat Saya tentang Bahasa

20 Juli 2020   05:39 Diperbarui: 20 Juli 2020   05:40 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seseorang curhat di media sosial. Mengatakan tak lagi menikmati apa yang dia baca. Dia mempermasalahkan bahasa yang keliru, tentang saltik dan orang yang tidak mematuhi penggunaan EBI. Typo sudah membuat hobi membaca jadi tak menarik lagi.

Seperti dalam kalimat ini,

"Manajemen RS mengacuhkan tuntutan malapraktek tersebut. Entah kemana lagi pasien harus mengadu. Bisakah Kemenkes merubah aturan, pedoman dan panduan terkait hal ini ?"

Dia bercerita, kalau ada enam kesalahan prosedural penulisan dalam paragraf diatas. Padahal saya hanya bisa menemukan tiga. Ternyata ada enam. Kesalahan semacam itu untuk seorang yang peduli dengan bahasa, akan sungguh sangat mengusik.

Maka kota megapolitan sekelas Jakarta, menurut Goenawan Mohamad, adalah "pameran besar salah tulis".

Saat orang mencetak iklan raksasa dengan biaya mahal. Lewat sebuah reklame orang mempertontonkan kalimat yang keliru. "DI SINI AKAN DIBANGUN ..."

Jadi mana yang benar? Disini, atau di sini?

***

Hal yang mengusik dalam penggunaan bahasa sehari-hari adalah saat orang tak peduli pada ejaan baku. Yang penting menulis dan pokoknya apa yang ada dalam hati bisa tersampaikan. Padahal dunia ini indah saat manusia mematuhi aturan.

Kemudian ada yang menganggap tak begitu penting belajar aturan bahasa ibu. Sudah menjadi makanan sehari-hari, mengapa perlu dikaji? Akhirnya, seperti kata kawan saya, belajar di sekolah pun hanya jadi sekedar formalitas. Mungkin kawan saya menyaksikan sendiri, saat guru bahasa Indonesianya terlihat buru-buru memberikan instruksi kepada muridnya. "Ayo cepat, yang penting diisi."

Mungkinkah spirit mematuhi bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah mulai hilang dari bangku sekolah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun