Saat bisa benar-benar menjadi pembaca aktif, seseorang mungkin bisa menuntut lebih banyak dari pada sekedar pemahaman tekstual. Diharapkan, mungkin bisa menjangkau banyak wacana kontekstual dalam sebuah teks. Akhirnya, dari sebuah paragraf yang terbatas, muncul banyak kemungkinan mencapai pemahaman "tanpa batas".
Bukankah sebaiknya pikiran tidak dibatasi oleh ruang yang kelihatan sempit dari garis demarkasi sebuah diskusi atau buku? Saat membaca, logika dilatih untuk bisa menjadi sedikit "liar", bahkan liberal, dengan berpetualang kemana-mana. Menganalisis dan menganalogikan satu bacaan dengan temuan tulisan lain sebelumnya.
Sebab demikian hakikat sebuah informasi. Bukan sekumpulan data. Tapi rangkaian pemahaman yang suatu saat diharapkan bisa membentuk kebijaksanaan.
"Membaca dan mendengarkan dianggap identik dengan menerima komunikasi dari seseorang yang secara aktif memberikan atau mengirimkan komunikasi.
Yang salah dalam hal ini adalah anggapan bahwa menerima komunikasi sama dengan menerima sebuah pukulan atau sebuah warisan atau sebuah keputusan pengadilan. Sebaliknya, si pembaca atau pendengar lebih mirip dengan seorang penangkap bola (catcher) dalam permainan bisbol." (Mortimer J. Adler)
Artinya, untuk beberapa kondisi, lebih baik tidak memposisikan diri sebagai seolah orang yang hanya mendengar dan siap menerima semua informasi. Tapi sebisa mungkin, membuat sebuah ruang imajiner, bahwa seolah-olah saya dan penulis buku yang sedang saya baca sedang ada dalam sebuah ruang diskusi.
Agar bisa benar-benar terjalin sebuah "komunikasi" antara penulis dan pembaca. Bukan sekedar seperti pidato menjemukan, yang jika sudah selesai, penonton disuruh bertepuk tangan.
***
Menjadi penjaga gawang dalam permainan sepak bola, sebisa mungkin jangan hanya menangkap tendangan lawan. Tapi juga bisa menangkis. Dan mengembalikan dengan porsi yang seimbang. Itulah perumpamaan pembaca yang baik menurut saya...
Yang seharusnya menjadi objek pasif adalah kenyataan sebuah informasi itu sendiri. Ini bukan majas. Sebab pembawa informasi itu, dalam sebuah kasus mungkin saja salah menangkap dan menyampaikan bentuk sebuah wacana dan gagasan. Penulis buku juga adalah seorang moderator antara ide dan pembaca. Yang bisa keliru juga dalam menyampaikan pesan-pesan.
Maksud terbesar penulis agar ide bisa tersampaikan kepada pembaca harus dicapai dengan kerja sama. Penulis menyampaikan tulisan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, kemudian pembaca secara aktif menangkap maksud sang penulis, lalu mencoba berkontribusi dengan memberikan masukan lewat pandangan kritis. Inilah tukar wawasan yang baik dalam seni membaca dan menulis, sesuai yang saya pahami.