Tapi, siapa yang mau ketinggalan informasi? Bahkan perkara tak penting seperti jumlah ikan yang tenggelam, akan sangat dipedulikan. Sebagai data statistik dan formalitas, bahwa "saya gak ketinggalan zaman".
Tapi apa yang penting dari segala metafora itu, selain hanya bias pemahaman tanpa makna. Karena belum mengerti, bahwa setiap detik begitu mahal. Tak bisa dibeli. Jadi, sebenarnya semua orang itu kaya.
Ketika mimpi tak jadi nyata, apa yang lebih baik selain belajar menerima? Bahkan sejak hari pertama. Setiap detik yang mampu kita lewati, itulah kesusksesan sebenarnya. Ketika akhirnya kita mampu untuk terus menerus bahagia...
Sebab apalah artinya segala omong kosong diatas?
Tidak ada, selain sekedar ingin mengatakan kalau yang bukan omong kosong itu adalah realita. Dan realitas itu pahit, atau manis, tergantung bagaimana kita menyikapinya.Â
Jadi ada baiknya memperkaya sisi spiritualitas, alih-alih mengejar mortalitas dengan kedigdayaan aura magis puisi Chairil Anwar, "aku mau hidup seribu tahun lagi."
Kalau masih tidak puas, cukup mendaftar sebagai tokoh novel yang hidup di negeri utopia.
***
Sekian.
Benar-benar absurd...
***
19 Juni 2020 M.