"Kerja kreatif adalah sebuah proses keimanan." Demikian Pram mengumpamakan.
Pram mendefinisikan sastra dengan, "bentuk kreasi makna dan pengertian dengan bahasa (lisan atau tulisan) sebagai alat. Dalam sejarah seni terdapat pendapat bahwa sastra adalah induk seni yang menjabarkan aspirasi keagamaan. Dialah yang melahirkan cabang seni lain: tari, musik, rupa, lukis, dan terakhir adalah drama, yang mempersatukan kembali semua cabang pada induknya, maka juga merupakan  seni yang mengalami perkembangan terakhir."
***
Sebenarnya saya bukan generasi penikmat karya Pram, Sitor Situmorang, atau koleksi naskahnya HB. Jassin.
Saya lebih bisa menikmati saat saya membaca tulisan penulis muda seperti Ayu Utami, Joko Pinurbo, Eka Kurniawan, dan penulis kekinian lain.
Bahasa penulis besar senior seperti Sapardi Djoko Damono saja saya gak bisa begitu mengikuti. Mungkin belum. Saya lebih nyaman dengan penulis muda karena lebih sesuai dengan selera saya sih...
Saya kan sebagai pembaca maunya menikmati. Ibarat masuk warteg ya milih makanan. Gak semua makanan harus dimakan. Saya juga berhak menolak rekomendasi makanan tertentu, meskipun katanya enak sekali. Ya enak kata siapa? Belum tentu menurut dia enak, menurut saya juga enak.
Yo masak saya harus makan semua menu yang ada di warteg? Gak cukup lah... Uangnya. Hehehe.
Saran dari mas Agustinus Wibowo pas sekali. Kalau menemukan bagian yang membosankan dari buku, tinggal skip saja. Loncat! Halaman selanjutnya. Pengalaman membaca buku saja kadang ada sisi gak menyenangkan, kok masih harus ditambah dengan kebosanan membaca paragraf yang menjemukan. Haduhhh... Bisa-bisa saya trauma dan harus mengunjungi psikiater.
Tapi itu tadi masalah menikmati karya loh ya? Kalau dalam memberikan penilaian atas suatu karya tetap harus objektif. Jangan egois untuk menyisipkan opini pribadi. Apalagi menjelek-jelekkan. Sebuah tulisan gak seharusnya diciptakan untuk menjatuhkan seseorang, atau menghujat seseorang. Tulisan adalah media untuk menambah wawasan. Membuka mata kita bahwa ternyata dunia ini begitu luasnya.
Saya mencoba belajar sajalah pada kerja editor naskah. Gak perlu lagi penasaran dengan banyak bacaan. Kalau memang saya suka, ya insyaallah saya sempatkan untuk baca.Â