Mohon tunggu...
Dialognol Ichwan Kalimasada
Dialognol Ichwan Kalimasada Mohon Tunggu... -

Ichwan Kalimasada. Semua yg nampak itu cermin & pertanda berulang-ulang dlm perubahan tp abadi karena realitas sejati hanya SATU. The One only love, the love only one. Salam Dialognol http://ichwankalimasada.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Belalang

20 November 2009   20:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_27772" align="alignleft" width="300" caption="Pelabuhan Bagan Asahan Sumut (dok. Inka)"][/caption] Suatu hari entah kenapa saya sudah berdiri di tepi pelabuhan memandang laut lepas dan para nelayan berlalu lalang membawa perahunya, penuh ikan demi sesuap nasi dan kebahagian keluarga, menunggu sang ayah membawa rejeki. Badan legam tak berbaju, tersengat matahari kau tak hiraukan, tertawa gembira menikmati hidup yang jauh dari kelayakan orang-orang berdasi. Kau hidup tanpa obsesi, bernafas menghabiskan waktu setiap hari, senang dalam duka, duka dalam kesenangan, seperti tak percaya kau mampu hidup dalam kemiskinan, kau nikmati kemiskinan dalam kesenangan. Terpekur aku dalam obsesi menatap air laut bergerak tanpa henti, kemana air mengalir tiada yang tahu kemana akhirmu. Hidup pun seperti air mengalir, kita tahu air mengalir, tapi kita tidak tahu kemana akan berakhir jua. Harapan selalu ada, walau itu bukan yang diharapkan, sejak kecil sungguh berat membayangkan akan menjadi seorang dewasa dan menjadi ayah, kini waktu seperti begitu singkat, dulu masih anak-anak, sekarang malah sudah punya anak, begitu singkat waktu itu tak terasa dan tanpa disadari ajal pun jua datang menjelang. Obsesi, harapan, mimpi, tak terasa terbersit kisah si belalang. Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya. Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?" Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, "Di manakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan." Saat itu si belalang yang hidup di alam bebas. Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri. Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada "sesuatu" yang mengikat kakinya, padahal "sesuatu" itu bisa jadi hanya seutas tali kecil... Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa "melompat lebih tinggi dan lebih jauh" kalau Anda mau menyingkirkan "penjara" itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda? Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin Anda capai. Sakit memang, lelah memang, tapi jika Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Begitulah pacu semangat dan harapan tak boleh pupus, namun kadang tak sadar kini badan tak muda lagi, tersenyum mengingat cerita kawan. [caption id="attachment_27777" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (dok.Inka)"][/caption] Sering kita bertanya pada diri sendiri, apakah stamina saya sudah mulai menurun atau belum. Jawabnya kadang sering kita membesarkan hati kita sendiri . Nah, ini ciri-ciri stamina kita sudah menurun: 1. Membaca makin jauh dari obyek yang kita baca, tetapi buang air kecil semakin dekat 2. Dulu tidur berhadap-hadapan, sekarang beradu pantat 3. Dulu suka pakai minyak wangi dan body lotion, sekarang sering pakai minyak angin atau balsem 4 Dulu 7 X dalam sehari, sekarang 7 hari sekali 5. Dulu cepat ON, sekarang cepat DOWN 6. Dulu ketemu mesti tanya: "Hallo MAs/Mbak, ayo jalan", sekarang tanya: " Sehat Mas? Apa obat jalannya?" 7. Dulu kencingnya Asin, sekarang kencingnya Manis 8. Dulu sering ajak makan enak, sekarang ajak makan obat 9. Dulu korbankan kesehatan demi kekayaan, sekarang korbankan kekayaan demi kesehatan 10. Dulu sering ingatkan orang lain bertobat, sekarang suka melamun apakah dirinya sudah bertobat 11. Dulu sering suka berkelahi tidak takut mati, sekarang sering kuatir kalau kematian memanggil sewaktu-waktu. Sekian dulu ya kawan, sekadar intermezzo menggelitik imajinasi. Wallahualam. SALAM DIALOG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun