Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Ritual Ibadah Haji

16 Agustus 2018   16:05 Diperbarui: 16 Agustus 2018   16:26 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibadah Haji adalah salah satu ibadah utama yang diwajibkan bagi umat Islam yang telah mempunyai kemampuan (fisik maupun finansial) untuk melakukan beberapa kegiatan ritual, yaitu Mabid (bermalam) di Mina, Wukuf (kontemplasi) di Arafah, Mabid di Muzdalifah, Lontar Jumrah di Mina, serta Thawaf (mengelilingi Ka'bah) dan Sa'i (berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa) di Mekah.

Haji merupakan pertemuan tahunan terbesar bagi orang-orang muslim dunia dengan mengedepankan kesetaraan dalam ketundukannya kepada Allah SWT. Puncak dari rangkaian ritual ibadah haji adalah Wukuf di padang Arafah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah.

Di kawasan tandus bebatuan seluas 20 kilometer persegi yang dikenal dengan Padang Arafah ini jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul melakukan ritual Wukuf, yaitu perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi.

Napak Tilas Perjalanan Spiritual Nabi Ibrahim

Ritual ibadah haji sejatinya merupakan kegiatan napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim, untuk mengenang kisah ketaatan beliau atas perintah Allah SWT melalui mimpi-mimpinya untuk menyembelih (mengorbankan) Ismail, anak tercintanya. Itu adalah ujian yang "mahaberat" bagi seorang manusia. Tidak ada satu ujianpun yang lebih berat ketimbang harus menyembelih anak tercintanya.

Bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk melakukan perjalanan dari Mekah menuju Arafah bersama keluarganya, yaitu Siti Hajar (istri) dan Ismail (putra).

Dalam perjalanan dari Mekah ke Arafah itu, selama tiga malam berturut-turut Nabi Ibrahim bermimpi dengan mimpi yang sama yaitu menyembelih Ismail, putranya. Dari ketiga mimpinya itulah Nabi Ibrahim sangat yakin bahwa itu adalah perintah Allah untuk mengorbankan anak kesayangannya.

Mimpi pertama. 

Dalam perjalanan dari Mekah ke Arafah itu mereka bermalam di Mina. Pada malam 8 Dzulhijah itu Ibrahim bermimpi dengan sangat jelas menyembelih anaknya, Ismail. Segera ia tergeragab bangun dari tidurnya, dan termenung memikirkan makna mimpi yang terlihat sangat jelas itu. 

Sampai pagi datang ia tidak mampu memejamkan kembali karena galau. Ia meragukan mimpi itu sebagai perintah Allah. Karena Allah adalah Dzat Yang Maha Penyayang, tak pernah menganiaya hamba-hamba-Nya.

Ketermenung Ibrahim di Mina ini dalam ritual ibadah haji dikenal sebagai HARI TARWIYAH (Hari Perenungan) , menunjuk kepada saat-saat awal Ibrahim memperoleh perintah lewat mimpinya, yang ia sempat termenung dan merenunginya. Disana para jamaah haji berkumpul dan bersiap-siap menuju Arafah. Kata "Tarwiyah" bermakna "merenung dan memikirkan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun