Mohon tunggu...
Arman Kalean
Arman Kalean Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Nahdliyin Marhaenis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesalehan Sosial Manusia Perahu Pos

2 Juni 2019   03:16 Diperbarui: 3 April 2020   22:16 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipanggil seperti itu karena laki-laki pendayung perahu-pos tersebut menikahi isteri pertamanya yang berasal dari Tobelo, salah satu daerah di bagian Maluku Utara. Tete Tobelo selalu mengiyakan siapa pun yang hendak menggunakan jasa perahu-posnya tanpa membayar lebih dulu, bukan hanya petani yang membawa enbal[10], sagu, ubi-ubian, atau kayu bakar, tetapi pada siapa saja. 

Rasa saya, barangkali Tete Tobelo selalu berprasangka baik pada siapa pun yang menggunakan jasa perahu-posnya hendak menyelesaikan urusan penting yang berkaitan dengan putus sambungnya urusan hidup mereka. Bayar, tidak bayar, atau cukup dengan ucapan "Ulil O e"[11], ataupun nanti saja hingga lupa, bagi Tete Tobela itu lumrah-lumrah saja, yang terpenting adalah ikhlas. 

Profesi perahu-pos pun tidak selamanya dilakukan setiap waktu oleh para penduduk yang berada di sekitar Watdek atau Kiom Bawah, di sela-sela aktivitas mendayung pun mereka berkebun di sekitar pulau Dullah Darat, atau di pulau-pulau yang berdekatan, misalnya di pulau Fair yang jaraknya memang berdekatan dengan Kiom Bawah dan juga Watdek. 

Tete Tobelo sendiri memilih berkebun di lokasi yang tidak begitu jauh dari lokasi Polres Tual saat ini, masih berada di wilayah pulau Dullah Darat. Setelah isteri pertamanya meninggal dunia, Tete Tobelo kemudian menikah dengan perempuan peranakan Hindustany (India), mertua laki-laki dari Tete Tobelo ini dikabarkan masuk ke Maluku untuk berdagang sebelum Indonesia merdeka, kemudian menetap hingga akhir hayatnya di Tual. 

Setelah menikah dengan isteri keduanya, Tete Tobelo tetap dikenal dengan panggilan yang sama. Bersama isteri keduanya yang bermarga Nanat[12], bertempat di Kiom Bawah, Tete Tobelo mendirikan sebuah rumah kecil dengan dua petakan. Petakan sebelahnya dengan maksud disewakan, lainnya ditinggali bersama isteri keduanya. 

Pada aktivitas berkebun, jika tiba jam sholat fardhu, misalnya dzuhur, maka dengan sigap Tete Tobelo kembali ke rumahnya yang berada di Kiom Bawah untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah itu, Tete Tobelo balik lagi ke kebun untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai. 

Aktivitas ini telah menjadi siklus tersendiri bagi Tete Tobelo di setiap musim tanam yang baik untuk berkebun, begitu seterusnya hingga tiba jam sholat ashar, Tete Tobelo bergegas lagi kembali menuju rumah. Kehidupan terus berjalan hingga Tete Tobelo dikaruniai anak keduanya, seorang laki-laki.

Suatu ketika, Tete Tobelo sedang menjalankan sholat fardhu, dalam posisi berdiri dan membacakan ayat-ayat suci al-Qur'an, Tete Tobelo mendengar anak kecil laki-lakinya yang sudah mulai paham pembicaraan orang lain itu memanggil-manggilnya,

"Bapa, Bapa, ada tamu." (melangkah di dekat dinding tanpa melihat Ayahnya yang sedang sholat).

Dengan spontan Tete Tobelo menyahut di tengah sholatnya, "Bilang Bapa ada sholat, tunggu sadiki." (menjawab dengan datar sembari tetap pada posisi berdiri, tidak mengurangi sedikitpun gerakan kecuali mulut).

Di lain waktu, Tete Tobelo tetap memilih melaksanakan sholat di rumahnya. Namun kali ini berbeda, Tete Tobelo memilih sholat tepat berhadapan di balik pintu depan rumah, kebetulan pintu depan rumahnya searah kiblat. Dengan maksud jika ada yang mencari Tete Tobelo pada waktu-waktu sholat fardhunya, langsung ketahuan, baik oleh Tete Tobelo sendiri ataupun oleh tamu, mengingat jarak pintu dan posisi sholat Tete Tobela ketika berdiri begitu dekat. Lebih dekat lagi saat sujud, daun pintu tepat di hujung kepala Tete Tobelo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun