Kemampuan mengelola keuangan seseorang ketika dewasa terbentuk karena kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua akan banyak mempengaruhi pola hidup anak saat ia dewasa.
Misalnya orang tua selalu menuruti keinginan anak untuk membeli ini itu tanpa mengajarkan ke anak usaha untuk mendapatkan sesuatu. Akibatnya anak kelak ketika dewasa anak menjadi kurang mandiri dalam masalah keuangan, cenderung ingin mendapatkan sesuatu tanpa berusaha, dan tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Anak-anak yang sering melihat dan mendengar bagaimana orang tua memberi komentar tentang persoalan keuangan, anak-anak yang mendengarkan ibu berbicara bahwa harus hemat uang sakunya di sekolah tetapi mengamati ibu suka belanja yang tidak penting dan ibu berbohong ke ayah akan pengeluaran yang terjadi dan ayah percaya, meskipun ibu mengatakan demikian anak akan meniru apa yang ibu lakukan daripada apa yang ibu katakan.
Novel Shopaholic menceritkan tentang seseorang bernama Becky. Ia adalah seseorang yang sangat pintar tapi tidak pandai mengatur uang, dan menahan dorongan belanja. Akhirnya, ia pun memiliki banyak hutang.
Dari situ saya tersadar, bahwa banyak orang yang memiliki hutang pun sebenarnya orang yang pintar tapi kurang bisa mengelola uang. Jadi pintar saja tidak menjamin seseorang bebas hutang. Maka dari itu penting sekali sejak dini untuk memupuk kemampuan anak dalam mengelola keuangan. Bagaimana caranya?.
1. Beri pembekalan kemampuan mengelola keuangan sejak usia 18 bulan hingga paling lambat usia 9 tahun. Nah untuk ini nanti saya bahas sendiri.
2. Kenalkan anak dengan mata uang sejak dini meski hanya tertarik dengan warna dan nominalnya saja.
3. Beri pengertian pada anak bahwa uang dicari melalui kerja keras.
4. Beri contoh teladan yang positif pada anak tentang bagaimana cara orang tua menghasilkan uang, bagaimana menghandle keuangan sehari- hari dan cara menggunakannya. Misalnya waktu minggu diskusikan dengan anak-anak mengenai kolom menu masakan dalam seminggu ke depan, selasa sarapan apa, bekal apa, rabu pengin makan apa. Kemudian pergi berbelanja bersama dengan uang yang sudah disiapkan dalam jumlah tertentu.
5. Komunikasikan pengetahuan keuangan secara hangat. Misalnya, Segala sesuatu memang butuh uang dan kalau kamu menginginkan sesutu maka kamu harus tetap berusaha, uang itu bisa membeli buku tetapi bukan kepandaian, bisa untuk membeli obat tapi bukan kesehatan.
6. Topik keuangan bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak. karena jika orang tua tidak nyaman membahas tentang keuangan maka anak tidak akan memiliki pengalaman yang menyenangkan. Misalnya: Anak diajak ke ATM BRI/BNI disana orang tua mengambil uang, anak bertanya “mama uang mama pasti banyak di ATM, tinggal ambil langsung keluar. Besok-besok mama ambil lagi karena tinggal ambil langsung keluar” Nah orang tua perlu memberi pengertian ke anak, jangan anggap perkataan anak ini sebagai sesuatu yang tabu “hush tahu apa kamu anak kecil!”