Kembali dengan penugasan mata kuliah Pendidikan Pancasila, pertemuan kali ini para mahasiswa kembali ditugaskan untuk meresume dan menanggapi salah satu artikel dari dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Bapak Study Rizal LK., M.Ag. Saya memilih artikel ini agar bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua sebagai rakyat Indonesia untuk mengambil hikmah dari apa yang terjadi pada sistem pemerintahan di Nepal.
Belakangan ini Nepal dilanda demo besar-besaran yang dilakukan para pemuda untuk memprotes pemerintah yang bobrok. Dikutip dari artikel Bapak Study Rizal "Dari jalan-jalan Kathmandu terdengar teriakan menuntut hak untuk berbicara, hak untuk didengar, dan hak untuk hidup dengan adil. Tetapi yang datang justru gas air mata, peluru karet, dan dentuman senjata api yang merenggut belasan nyawa." inilah bentuk suara rakyat warga Nepal yang butuh keadilan. Demo ini tidak hanya semata-mata membuat ricuh, tetapi ini sebagai bentuk aksi dalam menyuarakan suara rakyat yang mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan pada pemerintah Nepal dengan diawali adanya kebijakan membatasi media sosial yang membuat amarah masyarakat Nepal bergejolak.Â
Masyarakat merasa pemerintah membatasi hak untuk menyuarakan keadilan seakan-akan para pemerintah tutup telinga. Tidak sampai itu, pemicu demo ini berlanjut dengan adanya korupsi yang marak terjadi di Nepal dan nepotisme yang menutup kesempatan bagi warga Nepal.
Dikarenakan masyarakat sudah dibatasi akses dalam menyuarakan keadilan, akhirnya mereka melakukan aksi demonstrasi sebagai jalan lain untuk memberikan unjuk rasa kekecewaan tersebut. Namun, pemerintah memberlakukan jam malam dengan menurunkan tentara ke jalan untuk membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata.Â
Ketika kepercayaan publik runtuh, masyarakat sudah merasa dikhianati oleh sistem pemerintahan yang ada. Apalah arti demokrasi yang terbuka tanpa membebaskan masyarakat dalam memberi ruang untuk berbicara dalam mengkritik dan menyampaikan suara untuk keadilan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI