Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Bacalah" Muhammad

27 Mei 2018   14:47 Diperbarui: 27 Mei 2018   15:06 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suara itu mengagetkan kanjeng nabi saat ber-uzlah di dalam gua hira untuk menemukan siapa tuhannya. Di dalam proses untuk menegaliNya, tuhan tidak lantas langsung menemuinya. Tuhan mengirimkan wakilnya berupa malaikat untuk menyampaikan pesan balasanNya. Baginda jibril yang bertugas sebagai perantara pesan tuhan kepada ummat manusia diutus olehNya untuk menemui sang kekasih tercinta, Muhammad.

Iqra' ya Muhammad! Tukas baginda jibril.

La ana bi qori'. Jawab Nabi Muhammad.

Pertanyaan tersebut diulang sampai tiga kali olen baginda Jibril dan jawaban sang nabi pun tetap konsisten sama. Dari sini kita bisa belajar yang namanya konsisten dalam berucap dari sosok Muhammad, tidak mencla mencle, tidak banyak alasan, tidak bersilat lidah, atau yang lainnya.

Dengan suasana sepi dan keadaan yang sangat dingin, Nabi Muhammad dibimbing Jibril untuk menirukan apa yang diwahyukannya dari tuhan. Muhammad yang kala itu masih sedikit takut dan gugup ketika dijumpai sosok Jibril, sosok yang baru pertama kali ia lihat selama ini, mencoba dengan sabar untuk mengikuti apa-apa yang diucapkan baginda Jibril.

Tidak begitu jelas bacaan apakah yang disodorkan oleh baginda Jibril kepada Kanjeng Nabi. Berbentuk mushaf kah, atau tulisan dengan lafal Allah yang nempel di batu, atau nempel di pohon, atau lorong yang mampu melipat-lipat dimensi ruang dan waktu sehingga membuat bingung Muhammad kala itu. Namun yang jelas, percakapan awal mula perjumpaan keduanya tadi tidak masuk dalam kategori ucapan yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kalau kita lihat lagi, ucapan Baginda Jibril kepada Kanjeng Nabi Muhammad secara eksplisit memerintahkan kita sebagai ummat untuk membaca Muhammad. Membaca Muhammad berarti membacanya secara utuh, bukan hanya sebagai Nabi dan Rasul-Nya, melainkan juga membaca Muhammad sebagai manusia biasa. Muhammad sebagai manusia yang paling manusia dan sangat memanusiakan. Bagaimana kebijakan-kebijakan Muhammad yang sangat bijaksana. 

Akhlak dan sikap-sikap manusia Muhammad sebagai suritauladan kita dalam bersosial kemasyarakatan dapat kita terapkan semaksimal mungkin. Manusia Muhammad selalu mengahadirkan keamanan, keselamatan, dan keteduhan bagi mereka yang berada di sekitarnya. Nampaknya sikap-sikap seperti itu yang mulai luntur dalam kehidupan bermasyarakat kita, sehingga fitnah marak dimana-mana. Rasa saling curiga satu sama lain, kekurang percayaan kepada pemimpin, saling maki tak henti-henti. Semoga momentum ramadhan ini yang tak lain adalah bulan turunnya AlQur'an, membuat kita lebih lengkap lagi belajar kepada al-Qur'an berjalan yakni manusia Muhammad, sehingga kita menjadi 'ahsani taqwim' yang sebenar-benarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun