Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Kemulan Sarung" dan Ragam Kenangan Ramadhan Anak-anak Langgar Dekade 80-an

30 Maret 2022   20:54 Diperbarui: 7 April 2022   13:32 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemulan Sarung atau Berselimut Sarung | @kaekaha

"Dunia anak-anak adalah dunia bermain". 

Sepertinya idiom naluriah inilah yang menuntun saya dan teman-teman sebaya yang merasakan masa kanak-kanak di dekade 80-an, saat itu seperti tidak pernah kehabisan ide dan cara asyik mengisi ruang dan waktu yang kami miliki, baik yang bersifat personal maupun komunal tanpa rasa bosan. Apalagi ketika bulan puasa alias bulan Ramadan tiba!

Ramadan tiba, ramadan tiba, Marhaban ya Ramadan!

Bagi anak-anak seperti kami yang saat itu baru duduk di bangku SD, bulan puasa juga telah menjadi bulan paling istimewa. Tentu "bulan istimewa" versi alam pemikiran kami ya! 

Istimewanya bulan Ramadhan versi kami saat itu, jelas tidak lepas dari idiom naluriah yang saya sebut di awal, yaitu "dunia anak-anak adalah dunia berteman dan bermain". 

Tapi maaf, jangan salah paham dulu ya! Bukan berarti kami menjalani beragam ibadah selama bulan Ramadan yang penuh berkah, hanya dengan main-main lho ya, tapi kalau memakai bahasa orang dewasa atau bahasa saya sekarang, secara naluriah kami saat itu seperti mengambil "spirit" bermain-main ala anak-anak yang saat itu lebih suka berteman, selalu bersama-sama dan tentunya bersenang-senang sebagai spirit beribadah kami. 

Baca Juga :  Bernostalgia dengan Mainan Anak-anak Tempo Dulu di Kota Tua Jakarta

Saat itu, kami merasakan hampir semua waktu kami selama bulan ramadan adalah quality time untuk beribadah dengan suasana yang selalu menyenangkan. 

Beribadah puasa seharian penuh, sholat lima waktu, taddarus Alquran dan juga shalatul lail setiap malam, semuanya kami lakukan di langgar (sebutan lain dari mushalla di kampung kami) secara bersama-sama dengan teman-teman, praktis saat itu hanya makan sahur  saja yang kami lakukan di rumah, hingga karenanya kami dijuluki sebagai anak-anak langgar.

Rahasia kami bisa melakukannya, ya itu tadi! Di sela-sela berbagai aktifitas ibadah, kami tetap bisa berada dalam dunia kami, dunia anak-anak yang identik dengan bermain dan selalu menyenangkan. Ini uniknya, mungkin anak-anak milenial sekarang akan terheran-heran membaca atau mendengar kisah kami, anak-anak langgar dekade 80-an! 

Mainan Anak-anak 80-an

Pada masa-masa itu, semua yang ada disekitar kami, apa saja itu, semuanya bisa kami olah menjadi mainan. Itu sebabnya, kami tidak pernah mengenal kata  bosan atau mati gaya!

Batang pelepah pisang bisa kita buat stand gun dan beragam senjata laras panjang maupun pendek untuk main polisi-polisian atau perang-perangan yang penuh imijinasi dan memerlukan ketangkasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun