Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Nyopet" Dompetnya Pak Menteri

10 Mei 2021   19:56 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:03 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dompet Tebal | popular-world.com

Ketika asyik mengamati semua hal yang menurutku penting, termasuk strategi evakuasi jika terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan, apalagi aku memang lebih terbiasa bekerja secara solo alias sendirian, jadi risikonya juga pasti lebih besar. Tiba-tiba dari arah jalan raya terdengar raungan sirine meraung-raung membelah terik waktu dhuha yang sepagi itu sudah terasa begitu gerah dan panas.

"Sepertinya ada pejabat yang datang", gumamku dalam hati. 

Betul juga, selain kulihat banyak aparat yang mulai mengamankan jalan masuk menuju GOR itu, aku juga melihat banyak orang berlarian menuju arah pintu masuk dan berteriak-teriak "Pak Menteri datang, Pak Menteri datang!".

Kulihat dari jarak sekitar seratusan meter, orang-orang pada saling dorong dan saling berebut untuk salaman sekaligus mencium tangan pak menteri, layaknya adab kami memuliakan orang-orang tua dan berilmu yang menurut para sesepuh kami di kampung, berkahnya sangat besar dan pasti banyak.

Mengingat "berkah" itu, akhirnya akupun tidak mau ketinggalan ikut berebut untuk berusaha bisa menyalami, syukur-syukur bisa mencium tangan Pak Menteri. Sayang, banyaknya manusia yang berebut, tidak hanya menyebabkan aku kesulitan untuk mendekati Pak Menteri yang dikepung ratusan manusia yang sepertinya berangsur beringas, saling sikut dan ada pula yang saling pukul, hingga pengawal dan juga petugas yang menjaga Pak Menteri terlihat kewalahan.

Baca Juga :  Kisah Hanzhalah Syahid dalam Keadaan Junub, Jenazahnya Dimandikan Malaikat

Diam sejenak mencari akal, saat itulah tiba-tiba aku melihat ada celah diantara manusia-manusia yang berjibaku saling berebut itu dan dengan sedikit menundukkan kepala yang kufungsikan layaknya mata panah untuk membuka jalan, aku terus merangsek kedapan tanpa tahu pasti dimana posisi Pak Menteri yang tidak lagi kelihatan, karena banyaknya manusia yang mengerubutinya.

Tiba-tiba kepalaku menabrak punggung seseorang. Saat itulah aku melihat di saku belakang celana orang yang kutabrak itu separuh bagian dompetnya yang terlihat tebal dan gendut menyembul keluar dan tiba-tiba jatuh ke tanah tepat dihadapanku.

Tidak perlu berpikir panjang, secepat kilat aku langsung menyambar dan mengamankan dompet kulit yang sekilas terlihat dari jenis kulit premium yang mahal itu dan dalam sekejap, dompet gendut itu sudah aman terjepit diantara perut dan celana jeans kumalku. 

Karena merasa kepayahan berada diantara jepitan orang-orang yang mulai benar-benar beringas itu, akhirnya aku memilih tidak meneruskan misiku berburu berkah menyalami tangan Pak  Menteri dan memilih berusaha keras keluar dari kerumunan.  Tidak mudah memang, tapi aku akhirnya berhasil juga keluar dengan selamat, salah satunya karena mengaplikasikan teori evakuasi diri ala tukang copet yang dulu pernah kupelajari dari copet-copet legendaris di kampungku.

Baca Juga :  "Peci Pakol" Impian, Kopiahnya Para Mujahidin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun