Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Diary Kisah Ramadan Anak-anak di Kaki Gunung Lawu Tempo Dulu

19 April 2021   22:06 Diperbarui: 21 April 2021   15:03 2886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Weweh atau Munjung. Sumber: Antara Foto

Baca Juga :  Kisah Penjual Susu, Pewaris Kesalehan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Tidak hanya itu, aktiftas di pagi buta sampai memasuki waktu Dhuha  ini biasanya ada juga yang memanfaatkannya untuk berjualan pernak-pernik, mencari jodoh dan bahkan ada juga yang sengaja iseng mengagetkan orang dengan menyulut mercon cabe atau mercon banting yang terbuat dari busi bekas sepeda motor.

Setelah jalan-jalan, biasanya kami langsung pulang ke rumah masing-masing. Kalau saya biasanya lanjut dengan kasih makan ikan, ayam, kelici, kambing dan sapi peliharaan bapak di kebun belakang rumah sambil bersih-bersih kandang yang memang perlu dibersihkan. 

Ini asyiknya hidup di kampung yang terletak di kaki gunung yang subur, hampir semua asupan makanan kami ambil dari kebun sendiri, mulai sayuran sampai lauk-pauk berupa telur, ikan dan juga daging dari unggas maupun dari hewan-hewan rajakaya.

Baca Juga :  Kisah Kecerdikan Utsman bin Affan "Mengakuisisi" Sumur Yahudi

Sedangkan anak-anak perempuan umumnya main bola bekel, dakon, masak-masakan, engkle, tali karet, dan ada juga yang main macanan atau catur Jawa, halma, dam-daman, monopoli, dan juga ular tangga.

Setelah bedug berbunyi, biasanya kami sudah berlarian ke langgar, musholla atau juga ke masjid terdekat dan setelah selesai, biasanya kami pulang ke rumah masing-masing, tapi ada juga kalanya kami ciblon atau main air di kedung  atau sungai berbatu-batu, berair jernih yang biasanya ada di bawah rimbun pepohonan. Tapi karena saya penyandang aquaphobia, maka biasanya saya hanya main air di tempat yang dangkal saja.

Ciblon atau Main Air di Sungai | yuksinau.co.id
Ciblon atau Main Air di Sungai | yuksinau.co.id

Kalau nggak Ciblon sama teman-teman, biasanya saya lebih suka baca komik, buku cerita atau koran milik bapak yang setiap hari memang di wajibkan sama bapak.

Setelah selesai biasanya kami akan pulang kerumah untuk istirahat sambil menunggu azan Ashar tiba. Setelah shalat Ashar biasanya kami main lagi. Anak laki-laki seperti kami, biasanya akan main longdem alias meriam karbit dan setelah matahari semakin redup, yang biasanya ditandai dengan berkumandangnya ceramah KH. Zainudin MZ dari pengeras suara langgar, musholla atau juga masjid, biasanya kami baru berani bermain permainan yang menguras tenaga seperti sepakbola, benteng-bentengan, gobak sodor, patil lele, boi, damparan dan lain-lainnya yang semuanya sangat membahagiakan kami.

Permainan kami diluar rumah biasanya akan kami akhiri kalau ceramah KH. Zainudin MZ juga berakhir atau ketika syahdunya lantunan tarhim Syaikh Mahmoud Al-Hussary yang memang ngangeni mulai berkumandang diangkasa sebagai pertanda azan magrib segera berkumandang. Setelah selesai mandi biasanya kami juga kan langsung lari  ke langgar, musholla atau juga ke masjid terdekat yang biasanya juga menyediakan takjil untuk buka bersama dan biasanya kami akan bertahan sampai menjelang shalat Isya dan dilanjut tarawih dan witir berjamaah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun