Tanpa pikir panjang, setelah mengucapkan terima kasih dan bersalaman dengan dua orang security tersebut,  saya langsung menarik Rio untuk mengikuti langkah saya. Dengan setengah berlari karena takut terlambat, kami berdua menuju masjid yang sama sekali tidak terlihat wujud dan bentuknya tersebut, tapi kami bisa mendengar puji-pujian asmaul husna yang digemakan oleh marbot masjid melalui pengeras suara.
Dari pandangan pertama, sebenarnya saya sudah merasakan adanya sejumlah keganjilan pada masjid yang ukurannya tidak terlalu besar dengan arsitektur yang menurut saya teramat sederhana ini.
Kok bisa, masjid seperti ini tetap bisa bertahan di tengah-tengah hiruk pikuk hedonisnya kota Jakarta, apalagi lokasinya di jalan Abdul Muis yang disekitarnya bertebaran berbagai bangunan dan gedung-gedung penting "ternama", tepat di jantung kota Jakarta tidak jauh dari tugu Monas, landmark ibu kota yang paling ikonik .Â
Tertutup deretan mikrolet,  kesederhanaan arsitektur dan ragam jamaah yang memenuhi pagi subuh melengkapi deretan "keganjilan" yang semakin memperkuat  daya tarik masjid ini. Tapi karena sebentar lagi aktifitas kami dengan tuan rumah yang mengundang saya ke Jakarta segera di mulai,  maka selesai sholat saya sama Rio langsung bergegas kembali ke hotel yang dari depan masjid bangunannya kelihatan dengan jelas.Â
Baca Juga :Â Masjid Sultan Suriansyah, Monumen Berdirinya Kota Banjarmasin
Subuh hari pertama saya di Masjid Jami AR-ROHAH memberikan kesan "tergoda" dan saya berjanji dalam hati untuk kembali esok pagi, Insha Allah! Kok besok pagi? Ya karena padatnya rundown acara kami, sepertinya hanya waktu subuh saja saya bisa ikut sholat berjamaah di Masjid Jami AR-ROHAH.
Selain "fakta" masih adanya kumandang azan subuh yang bersahut-sahutan di langit pagi Jakarta, fenomena lain di pagi subuh Jakarta yang menarik perhatian saya  adalah kicauan burung jalak yang selalu nyaring terdengar dari pepohonan menjulang di kiri kanan jalan Kebon sirih dan Abdul Muis. Suara kicauan ini sama persis dengan suara kicauan burung jalak di kampung saya, setiap azan subuh menggema di pagi buta. Â
Tapi karena penasaran dengan Masjid Jami AR-ROHAH, disela-sela agenda ISHOMA alias Istirahat, Sholat dan Makan saya mencoba browsing di internet terkait data-data tentang Masjid Jami AR-ROHAH. Sayang di dunia maya sangat sedikit sumber data tentang Masjid Jami AR-ROHAH. Tapi dari yang sedikit itu, justeru membuat saya semakin penasaran lho! Karena ada satu artikel dari kompas.com yang menyatakan bahwa Masjid Jami AR-ROHAH ini merupakan bagian dari tur sejarah tanah abang. Artimya, Masjid Jami AR-ROHAH termasuk salah satu Masjid bersejarah di Jakarta.Â