Hari ini Selasa 23 September 2025, genap usia saya 42 tahun, satu langkah menuju 43. Usia ini sering dipandang sebagai masa kematangan mental dan spiritual. Namun, bersamaan dengan itu, fisik mulai menunjukkan tanda-tandanya, kerutan di dahi, garis halus di wajah, dan rasa letih yang datang lebih cepat. Semua itu mengingatkan bahwa waktu berjalan begitu cepat, dan hidup adalah perjalanan yang tidak bisa diulang.Sudah lebih dari setahun saya menjalani alih tugas, dari fungsional guru menjadi pelaksana di pada Bimas Hindu Kanwil Kemenag Sulawesi Tenggara. Perubahan ini membawa konsekuensi, jam kerja yang padat hingga sore, ruang untuk keluarga kian sempit, bahkan sekadar menyapa para senior yang sudah pensiun atau pulang kampung menjenguk bapak dan saudara pun sering tertunda. Dari pengalaman ini saya belajar satu hal penting, jangan menunda untuk menyapa. Meski hanya lewat pesan singkat atau telepon, itu tetap berarti. Hidup akan terus berjalan, tetapi kita bisa memilih untuk tetap menjaga hubungan.
Memasuki usia ini, doa saya sederhana, semoga diberi kesehatan yang baik agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Saya ingin menjaga pikiran tetap positif, energi tetap terarah, serta sikap yang terus lebih baik dari hari ke hari.
Saya juga menyadari, dalam perjalanan hidup ini banyak salah dan lalai. Tentu saya berharap semua menjadi pelajaran untuk bisa lebih baik walaupun tidak bisa saya pungkiri karena dinamika sosial, dibelakang selalu jadi pembicaraan, cibiran dan mungkin bahan olok olok. Karena sejatinya setiap orang sedang berproses menuju versi terbaik dari dirinya.
Anak tunggal saya kini duduk di kelas VI SD, tahun depan melangkah ke jenjang SMP, secara fisik agak kurus tetapi tingginya hampir mendekati saya. Dari situ saya menyadari bahwa bertambahnya usia bukan hanya tentang diri saya, tetapi juga tentang peran saya dalam mendampingi perjalanananya. Harapan lain saya, semoga tugas kantor dan tanggung jawab akademik yang saya jalani selalu diberi kelancaran, agar saya bisa menjaga keseimbangan antara tugas, tanggung jawab, pengabdian dan keluarga dan lainnya berharap orang tua saya yang tinggal Bapak saja yang saat ini sedang sakit stroke bisa kondisinya lebih baik dari hari ke hari.
Mahatma Gandhi pernah berkata, “My life is my message.” (Hidupku adalah pesanku). Kalimat sederhana ini mengingatkan bahwa usia 43 bukan sekadar angka, melainkan kesempatan untuk menebarkan kebaikan, menjaga hubungan, memperbaiki kesalahan, dan mensyukuri setiap langkah, dan masih ada sedikit waktu untuk melangkah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI