Mohon tunggu...
Dani Febri
Dani Febri Mohon Tunggu... Penulis - Terpercaya, Akurat, dan Kredibel

Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mendobrak Krisis Lingkungan Hidup melalui Pandangan Filosofis

5 Juni 2023   19:10 Diperbarui: 5 Juni 2023   19:45 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ghttps://pin.it/5uGa1Dfambar

Mendobrak Krisis Lingkungan Hidup Melalui Pandangan Filosofis

Lingkungan hidup merupakan pembahasan yang dapat dikatakan baru dalam dunia filsafat. Tradisi filsafat jika ditinjau dari segi periodisasi, pada umumnya di bagi menjadi empat fase, diantaranya: periode Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Modern, dan Postmodernisme. Masing-masing fase didasarkan pada ciri-ciri umum yang mendasarinya.


Periode sejarah yang disebut "modern" ditandai dengan runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains. Otoritas sains berupaya mengungkapkan segala sesuatu yang pada saat itu telah dipastikan kebenarannya secara ilmiah. Dari segi teoritis, kita dapat melihat ciri umum pemikiran abad modern ini melalui gaya pemikiran Rene Descartes, Francis Bacon, dan Issac Newton yang memberi sumbangsih besar atas paradigma mekanistis. Dalam cara pandang mekanistis, alam semesta di pandang sebagai mesin raksasa yang terdiri dari bagian-bagiannya yang terpisah. Sdangkan sains sebagai teknik menciptakan sebuah kecenderungan praktis dalam diri manusia dan memberi rasa kekuasaan (sense of power). "Filsafat- filsafat yang terilhami dalil ilmiah adalah filsafat-filsafat kekuasaan, yang cenderung untuk memandang segala sesuatu non manusia sebagai sekedar bahan mentah. Tujuannya tidak lagi di imbangkan melainkan yang dihargai hanyalah kemahiran proses" Russel


Filsafat lingkungan sendiri lahir sebagai antitesis dari sebagian cara pandang filsafat modern yang dianggap gagal dalam memahami dan menjalankan dunia secara utuh, khususnya berkaitan dengan relasi fenomenologis antara manusia dan dunia. Kritik umum yang sering kita dengar dari para filsuf ekologisme ialah paradigma antroposentrismenya telah memutus keterhubungan manusia dengan alam. Alam dianggap seolah-olah instrumen mati yang difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan manusia saja.
Hal yang akan terjadi jika dalil di paragraf atas ini di normalisasikan oleh manusia, maka dampak terburuknya adalah musnahnya manusia itu sediri. Mengapa? Sifat manusia yang rakus akan tujuannya ia tidak akan pernah menemukan titik kepuasan. Manusia akan cenderung merusak lingkungan dengan dalil pemanfaatan instrumen alam semesta yang mati. Maka dari itu bumi yang kita huni harus dirawat dan di jaga atau memahami lingkungan hidup sebagai Oikos.
Cara memahami Lingkungan hidup sebagai Oikos ini, habitat atau rumah yang kita tinggali. Oikos merupakan keseluruhan alam semesta, keterkaitan, dan ketergantungan di dalamnya seperti entitas manusia, non-manusia, dan alam. Alam tidak dilihat sebagai benda mati layaknya mesin yang bergerak secara mekanis, ia juga tidak dipahami sebagai sarana untuk mencapai tujuan manusia saja (Antroposentrisme).


"lingkungan adalah sebuah ekosistem, alam semesta. Tetapi lingkungan itu sekaligus punya kaitan yang tak dapat dipisahkan dengan kehidupan yang ada di dalamnya. Bahkan, lingkungan itu sendiri mengandung dan berarti kehidupan itu sendiri atau paling kurang yang memungkinkan kehidupan dapat berlangsung didalamnya. Dengan demikian lingkungan hidup berkaitan dengan kehidupan, dengan hidup, karena menunjang kehidupan dan sekaligus adalah kehidupan" Keraf


Berdasarkan asumsi tersebut, kita tahu bahwa manusia dan non-manusia berelasi secara berkelindan. Lalu apa saja yang termasuk ke dalam kategori non-manusia? Apakah hewan dan tumbuhan? Apakah gunung dan laut? Apakah jembatan dan jalan raya? Mengenai hal tersebut, Denis Owen mengatakan bahwa "ekologi berurusan dengan hubungan dianatara tumbuhan dan hewan dan lingkungan dimana mereka hidup". Baik makhluk hidup dan elemen abiotik, selain dipengaruhi, juga mempengaruhi perkembangan ekosistem.
Filsafat lingkungan hidup juga merupakan sebuah diskursus tetang lingkungan hidup itu sendiri, seputar makna, hakikat, dan sebagainya. Arne Naess, pemikir beraliran "deep ecology" menyebut diskursus ini sebagai echosophy, yang artinya bahwa filsafat lingkungan hidup mengandung pengertian kearifan memahami alam sebagai rumah tinggal, sekaligus sebagai sebyah kearifan dalam menata tempat tinggal agar layak dihuni dan menjadi penunjang yang memungkinkan perkembangan kehidupan didalamnya. Ia tidak sekedar sebuah ilmu (science) melainkan sebuah kearifan (widom).


Pandangan kritis dari pendekatan filosofis penting demi merefleksikan ulang hubungan manusia dan alam. Terlebih di momen hari lingkungan hidup sedunia harapannya kita sadar akan pentingnya menjaga lingkungan terlebih di usia dunia ini yang sudah menginjak usia senja. Ancaman kerusakan alam yang semakin parah, bisa kita antisipasi dengan preseptif baru untuk mencari jawaban atas akar dari krisis tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun