Mohon tunggu...
M.Kabul Budiono
M.Kabul Budiono Mohon Tunggu... Dosen, tetap suka menulis, pemerhati masalahj sosial dan praktisi seni budaya

Lahir di desa, berkembang di kota bekerja di RRI dan TVRI, pernah menjadi Anggota Dewan Penasehat PWI Pusat, masih lanjut aktif di media sosial dan menjadi Dosen Universitas Indraprasta PGRI. Saya sudah sejak lama aktif di Kompasiana dengan nama yang sama, namun beberapa tahun berhenti, dan sejak beberapa waktu lalu berusaha aktif kembali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

" Mampukah Kita Merawat Kemerdekaan ?"

18 Agustus 2025   10:27 Diperbarui: 21 Agustus 2025   13:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabul Budiono ( dok Pribadi )

Kemerdekaan adalah anugerah Tuhan, Allah Yang Maha Esa dan Kuasa, yang tidak datang tiba-tiba. Ia lahir dari peluh, darah, dan doa para pejuang bangsa. Namun lebih dari sekadar bebas dari penjajahan, kemerdekaan adalah kesempatan untuk membangun, merawat persatuan, dan menjaga martabat sebagai bangsa yang berdaulat.Hari-hari ini, ketika zaman menghadirkan ujian baru---ketimpangan sosial, polarisasi politik, hingga derasnya arus digital yang kerap memecah belah---kita, wabil khusus para pemimpin, ditantang untuk menafsirkan ulang makna kemerdekaan. Apakah kemerdekaan hanya sebatas upacara dan simbol, ataukah ia kita rawat sebagai ruang keteladanan dan kebersamaan?

Sejatinya, kemerdekaan adalah energi kolektif. Ia tak bisa hidup jika kita sibuk dengan kepentingan pribadi, apalagi saling menjatuhkan. Kita merdeka bukan untuk merasa paling benar, melainkan untuk belajar saling mendengar. Kita merdeka bukan untuk bersaing tanpa batas, melainkan untuk bahu membahu menutup luka-luka bangsa.

Nilai luhur gotong royong yang diwariskan leluhur adalah napas dari kemerdekaan itu sendiri.
Di tengah derasnya budaya individualisme, semangat kebersamaan menjadi obat agar bangsa ini tidak rapuh. Sebab sejarah mengajarkan: ketika kita bersama, kita kuat; ketika tercerai-berai, kita runtuh.

Maka merawat kemerdekaan berarti merawat kebersamaan. Menghargai perbedaan, menjaga tutur kata, serta menolak provokasi yang memecah belah. Merdeka bukan hanya bebas berbicara, tetapi juga bijak dalam berkata. Merdeka bukan hanya hak, tetapi juga tanggung jawab untuk menjaga harmoni.

Bagi Umat Islam mari ingat firman Allah SWT

>"Wa'tashimuu bihablillahi jami'an wa laa tafarraquu, wa dzkuruu ni'matallahi 'alaikum idz kuntum a'daa'an fa allafa baina quluubikum fa ashbahtum bini'matihi ikhwaanaa."
"Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika dahulu kamu bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara." (QS. Ali Imran: 103)

Kemerdekaan yang hakiki adalah saat kita mampu berkata: "Aku tidak hanya hidup untuk diriku, tetapi juga untuk orang lain di sekitar kita, atau secara lebih luas negara dan bangsaku."

Dan mari kita renungkan pula firman Allah:

"Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaasi ta'muruuna bilma'ruufi watan hawna 'anil munkar wa tu'minuuna billaah."
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110)

Sebab sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Tentu tergantung pada lingkup tanggung jawab dan sosial kita.

Salam Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun