Mohon tunggu...
Jusman Syafii Djamal
Jusman Syafii Djamal Mohon Tunggu... -

Komisaris Utama PT KAI Indonesia (Persero). Tulisan mewakili pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Organisasi Jaringan dalam Era Digital

20 September 2018   10:31 Diperbarui: 20 September 2018   10:51 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di Era "Old Economy" dan teori manajemen tradisional , pandangan tentang Kepemimpinan dan Manajemen selalu bermuara pada persolan Kendali pengaturan dan loyalitas. Hirarki dan struktur dirancang untuk mengatur sumber daya. Baik vertical maupun horizontal.

Tipe organisasi militer, satu komando loyalitas tegak lurus, organisasi lini menjadi focus. Perusahaan raksasa seperti General Motorm IBM, Xerox, dan Eastman Kodak serta Organisasi BUMN di Indonesia , dapat jadi contoh bagaimana tata kelola berdasarkan hirarki satu garis komando jadi filsafat kepemimpinan yang digandrungi.

Traditional or "old economy" views of leadership and management were built on notions of control. People were controlled through structure and hierarchy, and resources were controlled through vertical and horizontal integration. Ini disebut "traditional old-economy management philosophies"Pendekatan kepemimpinan model begini mungkin menjadi sukses karena persaingan terbatas, dan ekosistem monopoli serta "captive market" dalam negeri masih dapat diatur.

Akan tetapi dengan tumbuhnya kekuatan multi media, internet, online business dan arus globalisasi filsafat organisasi komando dan garis hirarki yang ketat ini memerlukan penyesuaian. 

Tahun 80 hingga 90 an kita menyaksikan bagaimana Jack Welch selama 15 tahun melakukan proses restrukturisasi untuk menjebol tembok hirarki di General Electric Amerika. Ia dikenal sebagai Jack the Neutron. Sebab jika ia hadir disatu wilayah divisi General Electric yang ia tanya hanya dua hal : Berapa meja yang harus dilalui untuk mengambil keputusan? Berapa layers decision makers yang dikembangkan? Seberapa cepat dan akurat sebuah proses pengambilan keputusan ditentukan? Dan bagaimana hasilnya jadi No 1 atau tidak di market? Berapa besar market share-nya? Jika jawabannya berbelit belit dan divisi tidak menunjukkan kinerja kinclong menjadi No 1 dibidang nya, maka tak lebih tempo seminggu divisi itu di gabung dengan divisi lain dan di likuidasi. 

Karyawannya direduksi, jenjang kepangkatan dan hirarki dipotong 75% dan organisasi nya dibuat ramping, flat dan bermakna. Kata Lean and Mean menjadi adagium nya. Delayering, memangkas hirarki jadi orientasi.Begitu juga ketika Gartner ditunjuk menjadi CEO IBM, ia membuat tema "Giants learn to dance".

Membuat Raksasa dan gajah mampu menari kembali. Gartner juga mirip Jack Welch melakukan langkah restrukturisasi dan transformasi dengan memotong mata rantai yang sangat Panjang dalam proses pengambilan keputusan. Organisasi lini komando ditransformasi menjadi unit unit aktivitas mirip seperti pasukan khusus para komando. Kapal Induk raksasa diubah menjadi ratusan speed boat. Dikembangkan pelbagai jenis "Strategic Business Units" dan Anak Perusahaan. Yang tidak mampu survive di jual ke pihak ketiga. Dikenal ketika itu era Merger dan Akuisisi. 

Akan tetapi dalam perjalanan nya kemudian ternyata langkah "delayering dan downsizing" tidak cukup ampuh menghasilkan daya kompetisi yang jauh lebih unggul dari para pesaing. Delayering dan Downsizing hanya berhasil dalam jangka pendek untuk memperbaiki kinerja finansial dan daya saing . Perlu dilengkapi.

Logika downsizing dan delayering secara sederhana adalah merampingkan sumber daya dan memudahkan alokasi investasi. Menemukan proses bisnis yang cepat dan efisien. Menurunkan biaya produksi dan memperbesar margin EBITDA. Logika ini memerlukan pasangan logika lain nya, yakni "Focus, Speed and Damage Controls".

Hamel and C. K Prahald dalam bukunya Competing for the Future tahun 94, memperkenalkan kata "Core Competency". Bidang Keahlian Inti dari Manusia Bersumber Daya Iptek yang dimiliki untuk dimanfaatkan menjadi "Core Business", Bisnis Utama sebuah Organisasi. 

Seperti di Universitas yang memiliki banyak Professor atau Maha Guru. Jagoan dalam satu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Maha Guru ini harus dilengkapi dengan "management office" yang mengatur tata kelola operasi proses bisnis nya kemudian dikelilingi oleh assisten utama Doktor dan Master yang secara hirarki dapat mendeskripsikan keunggulan mata kuliah dan proses bisnis nya agar para mahasiswa dapat ditransformasikan menjadi unggul dalam bidang keahlian yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun