Mohon tunggu...
Nisfa Elfianti
Nisfa Elfianti Mohon Tunggu... Jurnalis - Script Writer

Saya merupakan sarjana ilmu komunikasi yang memiliki kemampuan dalam menulis produk jurnalistik, naskah radio, naskah video animasi serta hal lain yang berkaitan dengan bidang penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Tukang Parkir Yang Tinggal Di Tengah Rimbunan Pohon

18 Maret 2019   11:56 Diperbarui: 24 Maret 2019   18:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BOGOR - Pian (40), warga Gang Kelor yang tinggal di sebuah rumah berukuran tidak lebih dari 17 meter persegi dipinggiran Sungai Cisadane, yang tersembunyi dibawah rumah-rumah warga lainnya dan dikelilingi oleh rimbunan pohon serta ilalang. Merupakan salah satu warga Gang Kelor khususnya di RT 04 RW 10 yang memiliki keadaan ekonomi dibawah rata-rata.

Pian bersama Istri dan ketiga anak nya tinggal dirumah didekat Sungai Cisadane sejak 12 tahun yang lalu. Rumah yang dari luarnya saja sudah terlihat tak kokoh, dan ditambah lagi dengan  adanya botol-botol bekas yang berserakan di berbagai sudut rumahnya.

"Rumah ini sebenernya rumahnya adik, saya hanya menempati saja. Saya kan rantau dari Lampung, jadi ke Bogor belum tau mau tinggal dimana. Alhamdulillah ada rumah ini, walaupun keadaannya hanya seperti ini, masih bisa untuk tempat berteduh. Awal datang ke Bogor belum menikah, hanya untuk kerja. lalu lama-lama ketemu lah Ibu dan menikah," ujar Pian ketika ditemui dirumahnya, Minggu (17/03).

Sebuah rumah dengan 1 kamar, dapur dan ruang tengah yang hanya dipetak dengan sebuah papan seadanya dan kamar dengan sebuah kain yang terbuat dari spanduk bekas sebagai pintunya. Tidak ada Kamar mandi, atau TV sebagai hiburan, pun radio kuno.

"Kalau mandi kita di WC mushola, nyuci baju juga. Kadang di Sungai, anak-anak sambil main air. Ya, hiburan anak-anak cuma main di sungai, sudah bikin mereka senang," tutur Otih (34), Istri Pian sambil menggendong anak bungsunya yang sedang menangis.

Pian dan Otih dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil, dua orang anak perempuan dan satu laki-laki.

"Anak yang pertama ini namanya Robbuna Mili Astuti kelas 4 SD, yang kedua ini namanya Zahra Novi Astuti masih sekolah PAUD, ini yang nangis terus yang ketiga namanya Ahmad Zohari belum sekolah masih 2 tahun umurnya," tambah Otih memperkenalkannya sambil menunjukkan anak-anaknya.

Pian (40) yang sedang mengatur kendaraan di jalan Sawojajar, Bogor Tengah
Pian (40) yang sedang mengatur kendaraan di jalan Sawojajar, Bogor Tengah
Setiap harinya Pian bekerja sebagai tukang parkir di daerah Sawojajar tepatnya di Pasar Anyar, Bogor Tengah. Hanya memiliki ijazah SD membuat dirinya tidak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

"Dulu setiap hari markir, sekarang cuma dua hari sekali aja. Perhari rata-rata dapet 40 ribu gimana ramainya aja. Karena sekarang saya sebulan cuma kerja 15 hari, berarti perbulannya ya dapet 600 ribu. Tapi ya itu jarang-jarang soalnya kan gimana ramainya, lahan parkirnya juga bagi-bagi sama yang lain. Belum kalau suka ada premannya yang minta jatah, biasa sih ya setiap tempat pasti ada premannya. Jadi kita harus kasih jatah, istilahnya keamanan," ungkap Pian.

Penghasilan dari menjadi tukang parkir yang tak seberapa, membuat nya mencari tambahan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan dia dan keluarga sehari-hari. Dari mulai mencari lahan parkir lain, menjadi tukang sapu jalanan, hingga mencari botol bekas.

"Saya juga cari tempat lain yang sekiranya bisa saya jadiin lahan buat markir. Suka di pom bensin di Jalan Sumeru, ya pokoknya tempat yang diperbolehkan saya markir dan belum ada orang disitu. Saya juga suka bersih-bersih nyapu jalanan abis subuh di depan Gang Kelor, gak ada bayaran tetapnya memang kalau itu, paling cuma sekedarnya aja dari anggota TNI di pusdiklat yang di depan Gang Kelor tuh," tambah Pian, pria yang memiliki logat khas Lampung itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun