Mohon tunggu...
Jurnalisme Pariwisata Sejarah
Jurnalisme Pariwisata Sejarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa UNJ pendidikan Sejarah. Disini saya upload artikel teman-teman saya mengenai pariwisata dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bongkar Sosok di Balik Terhapusnya Tanam Paksa di Hindia Belanda

16 Mei 2022   09:48 Diperbarui: 16 Mei 2022   10:00 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa orang Indonesia yang tidak mengetahui kebijakan tanam paksa? Sistem politik yang lahir pada tahun 1834 dimana VOC mengharuskan petani untuk menyimpan biji kopi dan tentu saja ada tidak jauh-jauh dari adanya indikasi monopoli perdagangan VOC. 

Kebijakan seperti itu jelas sangat merugikan orang Indonesia. Namun siapa yang menyangka bahwa ada tokoh yang justru dari negaranya sendiri yang melawan keras kebijkan ini sendiri. Perkenalkan, salah satu diantaranya ialah Fransen van de Putte.

Lahir 22 Maret 1822, meninggal 3 Maret 1902. Nama lengkapnya adalah Isaac Dignas Francen van Deputte, seorang politikus liberal yang berperan penting di Belanda hingga akhir abad ke-19. 

Ia merupakan seorang Negarawan liberal yang sangat gencar mengkritisi tanam paksa, namun berbeda dengan Baron van Hoevell sebelumnya yang gagal menghapus sistem tanam paksa, Fransen van de Putte justru berhasil dengan misinya menghilangkan sistem tanam paksa.

Memulai perjalanan panjangnya dengan bekerja pada bidang angkatan laut, Fransen van de Putte sempat berlatih di tempat pelatihan Royal Naval sebagai perwira hingga kemudian melanjutkan karirnya di kapal dagang kepunyaan Rotterdam Anthony van Hoboken. 

Francen van de Putte juga sementara menjabat sebagai manajer perkebunan gula di distrik Panji Situbondo. Fransen van de Putte juga di beberapa waktu berlatih di tempat pelatihan Royal Naval sebagai perwira hingga kemudian melanjutkan karirnya di kapal dagang kepunyaan Rotterdam Anthony van Hoboken.

Tahun 1862 ia kembali ke Belanda dan segera saja bertugas di Parlemen Belanda. Berjalan satu tahun ia menjadi anggota parlemen, di tahun berikutnya yakni 1863 Fransen van de Putte akhirnya memegang jabatan sebagai Mentri Urusan Kolonial. 

Ketika Fransen van de Putte membuat terobosan di tahun pertama, dia mungkin memegang posisi yang bahkan tidak terpikirkan oleh banyak orang. Jadi bagaimana jika dia menghapus sistem politik penanaman paksa di negaranya?

Tentu saja, ini bukan tugas yang mudah. Menghapuskan sistem kebijakan yang sudah mengakar kuat sejak tahun 1830-an tidak gampang seperti membalikkan telapak tangan. Jelas bahwa ketika dia mengumumkan kebijakan untuk menghapus penanaman paksa di Jawa dalam rencana untuk menghapus kepemilikan bersama atas tanah Jawa, dia mendapat tentangan besar dan terpaksa mengundurkan diri dari posisinya.

Meski kekuatan Partai Liberal sudah jatuh, namun Fransen van de Putte dengan cepat bergabung dengan Parlemen lain dan terus berjuang untuk revolusi yang lebih baik di Hindia Belanda. Ia juga tidak sendiri. 

Selama ia berada di cabinet Gerrit de Vries, ia berperan penting dalam Perang Aceh dari 1873 hingga 1874, bersama dengan Jan van Swieten memprotes tindakan yang tidak jarang bahkan sering tidak manusiawi kepada warga sipil, seperti contohnya pengeksekusian sampai pemusnahan lahan ternak dan sawah milik pribumi di pulau Sumatera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun