[caption id="attachment_212563" align="aligncenter" width="365" caption="Penampilan Kikan dan band di Lebak Bulus, Jakarta Selatan 15 September 2012 (Kredit Foto Irvan Sjafari) "][/caption]
Matahari tengah hari, 15 September 2012 di atas Point Square, Lebak Bulus, Jakarta Selatan benar-benar terasa menyengat di tubuh. Seperti benar-benar tengah kemarau, bukan lagi di ujung kemarau yang panjang seperti syair sebuah lagu yang dinyayikan Vina Panduwinata. Namun teriknya matahari tak membuat wajah Namara Surtikanti tersengat, wajahnya tetap fresh bahkan berkali-kali menebarkan senyum ceriahnya pada puluhan penggemarnya yang berdiri di depan panggung acara Mantap yang disiarkan sebuah stasiun televisi swasta. Padahal penyanyi yang dikenal publik sebagai Kikan Namara ini memakai kostum hitam yang sebetulnya menyerap panas.
Para penggiringnya juga tak kalah bersemangatnya. Sinar matahari yang terasa menganggu saya tidak berarti bagi Yuyi Trirachma, sang basis yang tetap tampil santai namun sekali-sekali ia bergerak dengan energik. Keduanya tampil baik dengan energy female power. Beeitu juga dengan personel lainnya. Kikan dan band-nya membawakan lagu Serasa, single perdananya sejak keluar dari Cokelat. Lagu ini diciptakan Wahyu Sudiro dan pernah dibawakan oleh bandnya Jelly asal Surabaya.
Kini apa yang pernah kau rasa tak pernah kau rasakan/ Mungkin Semua yang kulakukan tidak akan pernah berarti/tak ingin, tak ingin, tak ingin, semua rasa takutku kan datang…/ Lagu itu dibawakan dengan rasa Kikan yang tak berubah dengan power yang begitu mumpuni. Lagu ini dirilis oleh Kikan April 2012 lalu bersamaan dengan resminya Kikan membentuk sebuah band baru. Wahyu Sudiro juga direkrutnya sebagai gitaris band itu.
Sayang saya tak melihat penampilan Ervin Syam, juga mantan drummer Cokelat yang juga bergabung dengan grub band itu. Namun hari itu berhalangan. Diganti dengan drummer additional. Lengkapnya band baru yang menurut rencana bernama kikan and The Street Gangs itu, selain Kikan Namara (vocal), Wahyu Sudiro (gitaris) Pandu Gantoro (gitaris), Ervin Syam (drummer) dan Yuyi Tri Trachma (bassist). Menurut managernya Uszir, band ini dirintis sejak Agustus 2011.
Jeda. Kikan menunggu di belakang panggung untuk penampilan keduanya. Tak tampak kelelahan di wajahnya. Dia tampak begitu menikmati buah kerja kerasnya membangun kembali karirnya (sebetulnya tidak dari nol). Dia menutup penampilannya dengan lagu andalannya Karma yang dibawakannya ketika masih bersama Cokelat.
September 2012 benar-benar ceriah buat Kikan. Selain rangkaian penampilannya bersama band barunya, Kikan juga iktu ambil bagian dalam Konser Kemerdekaan yang digelar di Taman Ismail Marzuki pada 2 September lalu. Kikan menyanyikan lagu Bengawan Solo bersama Andrea Miranda dan Sara Djojohadikusumo .“Kami membawakan Bengawan Solo tetap dengan versi keroncong bukan pop rock,” cetus Kikan. Sebagai catatan dalam Konser kemerdekaan itu, Kikan juga membawakan lagu Bendera yang pas dengan tema event itu.
Dalam perbincangan dengan saya Kikan masih merahasikan single keduanya yang dipersiapkan dalam waktu dekat ini. Pasalnya lagu itu belum seratus persen rampung. Lagunya lebih slow namun jalurnya tetap pop rock dan tema cinta. Apakah masih ada rasa feminisme seperti yang terasa pada lagu Ciptaan Kikan Karma dan Segitiga? “Ada sentuhan sedikit, “ ungkapnya.
Album perdana Kikan dan bandnya itu terdiri dari sepuluh lagu. Di antaranya ada lagu yang diciptakannya sendiri. Ketika ditanya apakah dia menyelipkan lagu Cranberries (karena Kikan pernah mengusung Tribute to Cranberries dan Alanis Morissete dalam event Gudang Garam Intermusic Java Rockin’ Land 2010 , yang memang favoritnya) dalam albumnya, dia menampik. Soalnya publik sudah mengidentikan cara bernyanyinya dipengaruhi Cranberries dan Alanis Morissette. Cap itu akan semakin kuat kalau ada lagu mereka.
Multi Talenta
Tidak lagi menjadi vokalis Grub Band Cokelat yang membesarkan namanya sejak awal 2010 tidak membuat Kikan habis di dunia blantika musik Indonesia. Perempuan kelahiran Jakarta 9 September 1976 benar-benar mampu keluar dari apa yang disebut sebuah situs hiburan sebagai comfort zone (zona nyaman). Dia tidak ragu-ragu “Fight” sebagai penyanyi solo. Terbukti penampilannya di berbagai acara seperti Harmoni disiarkan SCTV tetap memukau membawakan lagu yang bukan lagu Cokelat sekalipun. Statusnya sebagai single parent dari Shira Allegra Sampurna, 9 tahun dan Kei Sampurna, 8 tahun bukan kendala baginya.
Bahkan pada 2011 dia tampil tidak hanya bernyanyi, tetapi juga dalam seni peran. Pada 2011 putri dari pasangan Bambang Sugondo dan Ade Indira ini membuktikan kemampuannya di dunia akting, tepatnya drama musikal. Gita Cinta The Musical produksi ArtSwara pada Maret 2010 adalah kiprah pertamanya, Tahun berikutnya Kikan juga menunjukkan kemampuannya dalam drama musical lainnya, yaitu tampil dalam Ali Topal The Musical. Dalam drama musikal itu Kikan tampil sebagai peran utamanya, Anna Karenina .
[caption id="attachment_212564" align="aligncenter" width="300" caption="Kikan Namara (Kredit Foto Irvan Sjafari)"]
Dalam penampilannya Kikan mengaku memang masih membawakan lagu Cokelat. Suatu hal yang tiiak salah karena lagu Cokelat yang dibawakannya umumnya lagu ciptaanya sendiri. Sepengetahuan saya enam lagu Cokelat adalah ciptaan Kikan, seperti Luka Lama, Jauh, Segitiga, Pergi, Karma dan Saat Jarak Memisahkan. “Memang ada perjanjian antara saya dengan teman-teman cokelat waktu saya resign(mengundurkan diri), bahwa masing-masing pihak boleh atau punya hak membawakan lagu tersebut," terang Kikan.
Boleh dibilang Kikan adalah salah satu penyanyi multi talenta yang sebenarnya menurut saya . Lagu-lagu yang diciptakannya memang bertema cinta, namun punya isi. Karma dari segi lirik jelas feminis sekali menghantam telak kaum laki-laki. Segitiga juga menggugat sikap menduakan perempuan oleh laki-laki. Lagu-lagu Kikan sebetulnya mengisyaratkan spirit yang dianutnya, tetap fight.
Sang Ibu Ade Indira Damayanti Sugondo yang berlatar belakang politisi (mantan anggota PDI-P) dan pengusaha (pernah dijuluki wanita perkasa sebagai Presiden Komisaris PT Andrawina Prajasarana oleh Majalah Swa pada 2004) menurut saya bisa jadi memberikan inspirasi baginya.
“Iya memang ada pengaruh ibu. Saya dibiarkan memilih jalan apa yang dipilih. Emansipasi bagi saya adalah perempuan memilih apa yang diinginkan sekalipun saya mengakui ada perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki. Sekalipun seorang perempuan mempunyai penghasilan lebih tinggi dari suaminya, tetapi dia tetap imam. Sang istri tetap harus respek,” paparnya.
Bassist grub band baru ( yang menurut rencana bernama Kikan and The Street Gangs) Yuyi Tri Trachma merupakan sosok yang menarik. Kelahiran 18 Juli 1986 ini malang melintang di berbagai band indie seperti The Doctors yang personelnya semua perempuan pada 2008. Band ini sudah menelurkan sebuah album. Dia juga pernah memperkuat band indie lainnya Million.
Alumnus London School ini pernah tampil memperkuat MAIA, D’cinnamons, Maya idol dan Lala Karmela. Dara yang hobi main basket ini pengagum Incusbus dan Radiohead. “Dari kecil saya memang belajar music termasuk rock. Saya cocok dengan Kikan Namara karena memang saya dahulunya adalah fansnya Cokelat,” ujar Yuyi.
Di panggung Point Suare pada 15 September 2012 saya melihat mulut Yuyi ikut menyanyikan lagu sekalipun tidak terlalu terdengar. “Kadang-kadang saya memang backing vocal,” katanya.
[caption id="attachment_212565" align="aligncenter" width="300" caption="Yuyi Trirachma (Kredit Foto Irvan Sjafari)"]
Irvan Sjafari (sumber tambahan Kapanlagi.com, Tabloid Ponsel, Majalah Swa)
Foto-foto Dokumen Pribadi