Nyonya Mariam Solihin melepas balon udara di Jalan Braga pada 17 Agustus 1970. Â Penduduk Kota Bandung tumpah ruah ke pusat kota ikut merayakan setengah abad Kemerdekaan Republik Indonesia.
Perayaan kemerdekaan merata di setiap Rukun Kampung (RK) Kota Bandung. Para pemuda dan anak-anak mengikuti berbagai lomba kesenian dan olahraga. Â Mereka memperebutkan hadiah yang disediakan RK masing-masing.
Sementara para orangtua merayakan dengan makan nasi tumpeng yang disediakan di sejumlah RK. Â Nasi tumpeng ini dibuat secara gotong royong dengan biaya dihimpun secara kolektif. Meskipun demikian hiasan-hiasan di gerbang tidak semeriah perinagatan kemerdekaan RI sebelumnya.Â
Pikiran Rakjat 18 Agustus 1970 menyampaikan upacara peringatan kemerdekaan dilangsungkan di Alun-alun Bandung dengan Inspektur Upacara Gubernur Solihin GP.Â
Upacara dihadiri 1.200 orang termasuk dari kesatuan dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU), Polri, Hansip dan Pramuka.
Dalam pidatonya Solihin mengataan pembangunan hasilnya belum merata dirasakan rakyat. Kemampuan Pemda Jawa Barat tergantung tersedianya sumber pembaiayan terutama iuran pajak.
Sementara di Jakarta, upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI dilaksanakan di Istana Negara dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto. Upacara itu dihadiri oleh ketiga staf angkatan dan kepala kepolisian negara. Â Upacara dimulai dengan tembakan Meriam sebanyak 17 kali, diiringi suara sirene, beduk dan lonceng selama satu menit.
Ketua DPR-GR HA Sjaichu membacakan naskah asli proklamasi. Â Soeharto juga menerima aubade pelajar ibukota dalamnya dilanjutkan resepsi kemerdekaan.
Dalam pidatonya Soeharto mengatakan baru sebagian kecil dari rakyat Indonesia menikmati hasil kemerdekaan. Sebagian rakyat tinggal di rumah yang buruk dan kampung kotor.
"Kita harus membangun masyarakat baru yang lebih toleransi dan lebih terbuka. Kita harus mengembangkan stabilitas nasional yang tertib dan dimanis di bidang politk, ekonomi dan sosial," ujar Soeharto dalam pidatonya.