Geng dalam konotasi negatif terjadi karena kegagalan pemerintah dan masyarakat yang abai menyediakan saluran energi yang meluap dari remaja dalam bentuk positif yang sesuai dengan aspirasi remaja itu, bukan aspirasi orangtua. Apalagi sekarang sudah ada kemajuan teknologi dan media sosial, semakin susah membendungnya.
Geng remaja sebetulnya bentuk "counter culture" yang harus disikapi dengan "counter culture" pula. Itu harus melibatkan para ahli multidisiplin, psikolog, sosiolog ahli pendidikan dan sebagainya, agar geng remaja ini bisa dijadikan positif tanpa menggurui dan mengabaikan aspirasi remaja, seperti falsafah founder pendidikan Indonesia: KI Hajar Dewantara" Tut Wuri Handayani.Â
Irvan Sjafari
Sumber:
detik.com