Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Perang Kongsi Tionghoa-Belanda di Montrado-Mandor Abad 19

24 Maret 2021   22:44 Diperbarui: 24 Maret 2021   23:07 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: https://www.nederlandsekrijgsmacht.nl

Karena Sepang hanya dapat dipertahankan dengan kekuatan militer yang kuat, maka diambil keputusan untuk meninggalkan pos ini dan juga dari Balai Binang serta mengembalikan pasukan pendudukan ke Sambas.

Ilustrasi-Foto: https://www.nederlandsekrijgsmacht.nl
Ilustrasi-Foto: https://www.nederlandsekrijgsmacht.nl
Pertempuran di Sekadu

Van Houten, yang juga bertanggung jawab atas otoritas sipil di wilayah ini, muncul lagi  bersama pasukannya di Seminis pada 12 Mei  1853 untuk mendukung orang Tionghoa Sam Tiu Kiu, sekutu Belanda.  Lawannya adalah Panglima Taikong yang menetapkan harga darah di kepala Van Houten.  Mayor Kroesen pada  16 Mei datang membantu Van Houten dengan 160 orang, pasukan kongsi dapat dipukul mundur ke lereng Sekadu. Mereka bertahan di sana. Mayor Kroesen kemudian bergerakan  sekitar 200 tentara untuk menghadapi  posisi kuat ini pasukan kongsi.  Pada akhirnya pasukan Belanda memukul mundur kongsi.

Tak lama kemudian, orang Tionghoa mulai memperkuat pekerjaan mereka di pertambangan.  Rumah Kongsi di Bentunai dijadikan benteng. Komandan Kapal Celebes, Geerling, diperintahkan untuk mengambil bala bantuan; pada 7 Juli 1853 kapal berlayar ke sungai, tetapi Belanda menghadapi  badai yang dahsyat  dan tembakan tentara kongsi. Namun pasukan  ini berhasil mendarat dan Bentunai ini  bisa diduduki. Dari tempat ini  semua operasi lainnya akan dilanjutkan.

Perang  Kedua: Montrado 1854-1855

Ekspedisi  Tentara Kerajaan Hindia belanda Belanda berikutnya menghadapi kongsi Tionghoa, mereka sebut ekspedisi hukuman (1854-1855)  di Montrado, setelah ekspedisi sebelumnya ke divisi barat Kalimantan belum memuaskan.

Pada Mei 1854, sebuah ekspedisi dikirim ke bagian barat Kalimantan (dengan kekuatan 2.200 orang) dipimpin oleh Augustus Johannes Andresen menyerang Montrado. Kapal uap Celebes, Borneo dan Onrust, Brig Banda dan sekunar Haai dan Doris membawa 1.700 orang dan artileri yang diperlukan ke darat di Sambas dan Pontianak. Penyerangan akan dilancarkan dari tiga sisi yang berbeda, setelah terlebih dahulu menguasai Singkawang.

Baru setelah perjalanan  melelahkan di bawah hujan lebat, Singkawang akhirnya tercapai dan pasukan kongsi diserang dari dua sisi, yang kemudian melarikan diri. Hanya kongsi yang harus diambil; Pada 18  Mei, pasukan Belanda dipimpin oleh Mayor De Brabant, menyerbu bala bantuan Tinghoa dan Singkawang didirikan sebagai basis untuk operasi lebih lanjut.

A.J. Andresen mengeluarkan proklamasi yang mendesak penduduk untuk kembali ke rumah mereka, tetapi tiga kepala Kongi menolak untuk mematuhinya.

Mayor De Brabant datang  dengan dua kompi ke Lohabang (antara Singkawang dan Montrado); orang Tionghoa diusir dari benteng mereka.  Setelah beberapa pimpinan tertangkap.  Pada  26 Mei, kongsi Tionghoa penting dari Montrado meminta pengampunan kepada komandan.

Sekarang plakat dalam bahasa China , Melayu, dan Belanda dipasang yang menyatakan bahwa para pemberontak telah ditundukkan dan memohon perdamaian; dewan kongsi dinyatakan tidak beroperasi dan diganti dengan dewan Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun