Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Nightmare Side Delusional", Horor Tragis dari Radio Ardan

6 Desember 2019   01:08 Diperbarui: 6 Desember 2019   01:33 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Nightmare Side Delusional-Foto: Brillio.

Sebuah blog "MyDitry Sheet"  memberikan apresiasi yang tidak terlalu baik untuk film "Nightmare Side Delusional". Situs Film Indonesia memberikan informasi jumlah penontonnya juga hanya beberapa puluh ribu.  Tetapi saya tetap saja menonton film ini dan menuliskan reviewnya. Hasilnya saya tidak sepenuhnya setuju dengan penulis, walau sependapat dalam berapa hal.

Daya tarik pertamanya film diangkat dari program siaran Radio Ardan Bandung mengangkat cerita horor terutama yang ada di Bandung dan sekitarnya, yang kerap berkaitan dengan sejarah seperti Rumah Gurita, Babakan Siliwangi hingga  Jembatan Pasupati.  

Program ini sudah mengudara selama 27 tahun dan tentunya memberikan informasi menarik soal urban legend horor, yang sebetulnya juga terkait perkembangan kota Bandung dari masa ke masa. Itu sebabnya film "Danur Universe" dari Risa Saraswati yang selalu menjadi buruan saya.

Opening scene menarik, cerita dari penyiar radio Ardan, seorang pekerja lembur mengendarai vespa melintasi Jembatan Pasupati menjelang tengah malam. Vespanya mendadak berhenti. Ketika sedang memperbaiki vespanya dia melihat seorang laki-laki memanjat pagar jembatan dan bunuh diri.  Pekerja lembur itu melihat ke bawah, kemudian menyadari bahwa tubuh yang jatuh itu dirinya sendiri.  Sangat mencekam.

Jangan dengarkan sendiri. Demikian tagline siaran itu dan seorang satpam di sebuah sekolah diteror sesosok hantu setelah mendengar siaran radio itu.

Setelah itu penonton diperkenalkan dengan tokoh Shelly (Gege Elisa), seorang siswi yang suka dibully geng cheer yang menamakan dirinya lovely Squad, karena dianggap culun dan aneh, suka melihat ke bawah, suka menyendiri dan kerap membawa jam pasir ke sekolah. Padahal Shelly sebetulnya seorang indigo, mampu melihat sosok yang disebut hantu itu.

Dia hanya punya teman bernama Ian (Ajil Ditto) yang mencoba memahami sikap Shelly yang kemudian mengantarnya menjadi narator di radio Ardan.  Itu sudut pandang pertama.

Sudut pandang kedua, Naya (Fay Nabilla) siswa baru dari Jakarta berupaya menyesuaikan diri di sekolahnya dengan ceria dan dia juga berteman dengan Ian.  Namun dia lebih tertarik pada sosok perempuan misterius yang membawa jam pasir dan penonton pasti tahu itu Shelly.

Naya ternyata juga seorang indigo dan melihat Shelly di kantin dan berupaya kenal.  Ketika Shelly ketakutan, Naya pun melihat sosok menyeramkan seperti dilihat Shelly.

Seolah plotnya berada dalam satu alur. Terutama upaya Naya berteman dengan Shelly. Pertanyaannya, mengapa Ian tidak memperkenalkan Naya dengan Shelly?  Catat: Naya seorang indigo, itu artinya?

Saya sependapat dengan tulisan di blog itu siapa Naya tidak terlalu banyak informasinya. Kecuali Naya diceritakan suka mendengar Program Horor Radio Ardan itu dan penulis naskah bernisial LS. Sementara sosok Shelly baru bisa diungkap di akhir cerita.  Ini kelemahan film yang disutradarai oleh Joel Fadly ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun