Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keresidenan Malang dan Sekitarnya 1949-1951: Sebuah Catatan tentang Aksi Geriliya dan Kekerasan

28 Januari 2014   19:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_318906" align="aligncenter" width="300" caption="Balaikota Malang masa Perang kemerdekaan akibat bumi hangus (kredit foto www.malangdanseisinya.blogspot.com)"][/caption]

Geriliya awalnya mengacu pada pengertian operasi-operasi militer yang dilaksanakan oleh pasukan-pasukan yang tak teratur (Irregular Forces) dalam suatu territorial yang didudukiatau berada dalam kontrol musuh (suatu pihak yang menduduki).Term ini pertama kali digunakan orang-orang Spanyol ketika mereka melancarkan perlawanan terhadap tentara pendudukan Napoleon pada awal abad ke 19.Kata ini memang berasal dari BahasaSpanyol Guerrilla (Shafritz, 1987: 211-212).

DiYugoslaviasemasa Perang Dunia ke II geriliyawan ini mengacu pada partisan dengan kharakteristikyang sama.Namun kharakteristik ini agaknya meleset ketika mengacu pada terhadap pasukan regular Prancis di bawah pimpinanJenderal De Gaulle ketika melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jerman pada PerangDunia ke II.Pada waktu Perang Vietnamtentara regular Vietnam Utara dan Vietcong sebagai Irregular Forces sama-sama melakukan taktik geriliya ketika melawan Vietnam Selatan yang didukung Amerika Serikat.

Dalam Perang Kemerdekaan Indonesiapasukan TNI sayakategorikan sebagai tentara regular, sementara laskar Hisbullah, pesindo, para jawara-jawara di Banten, merupakan contoh pasukan tidak resmi.Dalam perjuangan kemerdekaan tidak bisa disangkal keduanya memainkan peran yang sama pentingnya.Hanya saja yang kedua umumnya berakar di daerah perdesaan, tradisional, serta mempunyai beraneka ragam ideologi.Sebagian kelompok-kelompok ini kerap membuat masalah keamanan ketika Perang Kemerdekaan Indonesia usai.

Untuk Jawa Timur,Di luar TNI, sepertiTRIP (Tentara Pelajar Republik Indonesia), KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi), bahkan PIM (Maluku)sebagai kelompok regular.Garis komandonya jelas, pasukannya berdisiplin,memakai aturan dan bisa dikontrol.Khusus untuk TRIP iniberlatar belakang pelajar sekolah menengahyang bertebaran di Surabaya, Malang, Jember, Blitar,Madiun, Kedirimemainkan peran menarik.Untuk mengimbanginya Belandajuga punya “pasukan pelajar”-nya yang disebut Prince Irene. Pasukan anak-anak muda Belanda ini terlibat dalam pertempuran di Jawa Barat 1946-1949, Sumatra 1947-1949 dan di Jawa Timur 1947-1949.Ada sumber yang menyebut 90dan ada yang mengakui 136anak-anak muda Belandaini tewasdalam peperangan dengan Republik Indonesia yang diakui sebagai lembaran hitam dalam sejarah militer Belanda.

Jawa Timur juga terdapat kelompok bersenjata yang tidak resmi. Di antaranya kelompok yang dipimpin Abdul Malik, bekas lurah Toposari, Sidoarjo.Tokoh ini menjadi gangguan keamanan yang paling serius diJawa Timur.Malik disebut pengagum Mao, tetapi dia sebetulnya representasi“jagoan” Jawa Timur, seperti halnya jawara di Banten.Anggota pasukannya sekitar 600 orang. Persenjataannya cukup lengkap dibanding kelompok irregular forces lainnya karena kelompoknya pernah membajak senjata Belanda di Tretes pada masa Perang Kemerdekaan II.

Catatan saya yang diambil dari berbagai surat kabar yang terbit di Jawa Timur 1949-1951 menunjukkan kawasan Malang dan sekitarnya menunjukkanmenjadi medan pertempuran yang paling sengit di Propinsi Jawa Timur.Aksi geriliya yang dilancarkan dan begitu juga counter yang dilakukan tentara Belandabahkan banyak mengambil korban yang tidak seharusnya.

Pertempuran dan Aksi Kekerasan di Perkotaan

Dengan maksud memberikan pukulan terakhir yang menatikan Belanda melancarkan Agresi ke II pada 19 Desember 1949.Dalam arealKeresidenan Malang serangan ini dimulai pada pukul 1 dini hari. PasukanBelanda bergerakdari Kedung Pajak, menerobos Walet dan terus ke Turen.Pada 05.00 subuh terjadikontak senjata di daerah Wajak di mana seorang prajurit Indonesia gugur.Sejak hari itu pasukan TNI terus menerus menghindari dikejar selama kira-kira dua minggu (Nasution, 1978).

Pada 21 Desember 1948tentara Belanda menyerang Mendalan, Kecamatan Kesamben, Batu, Malangyang dpertahankan pasukan TNI dipimpin letnan Satu Sumadi, Komandan Kompi III dari Batalyon Sunandar.Di daerah ini terdapat pembangkit tenaga listrik terbesar di seluruh Jawa Timur untuk mengaliri seluruh kota dalam Keresidenan Surabaya, Malang dan Kediri.Pada masa pendudukan Inggris, listrik di Surabaya pernah dibuat padam total karena diputus oleh tenaga ahli bangsa Indonesia.Karena tentara musuh lebih besar kekuatannya akhirnya pada pukul 11 siang tentara Indonesia mundur setelah melakukan bumi hangus (Safwan, 1978).

Pda 25 Desember 1948 pasukan Letnan Sumadi menyerang Mendalan terjadi pertempuran satu lawan satu di sebuah pabrik.Pasukan TNI dipukul mundur denagn korban 30 orang termasuk Letnan Sudiarto.Pada Mei 1949pasukan ini kembali mengadakan serangan umum ke tempat ini dan berhasil memasuki gundang perbekalan Belanda.Dalam pertempuran ini jatuh korban di kedua belah pihak.

Pada 5 dan 6 Januari 1949 pasukan geriliya Republik mulai mengambil inisiatif penyerangan.Tretes dan Pringen diserang pasukan geriliya. Kawat telepon diputuskan, serta sebuah bangunan terbakar. Dua hari kemudian gardu listrik Tretes hancur.Penduduk sipil Eropa diungsikan.Pada 9 Januari terjadi pertempuran besar di Kota Malang.Terjadi tembak menembak antara pihak Republik dan belanda.Sekitar 100 orang tewas atau luka, termasuk korban sipil dan 12 orang tewas di pihak Belanda.

Pertempuran merembet ke Singosari ketika militer Belanda melancarkan serangan mortar yang menyebabkan sekitar 100 orang penduduk tewas atau luka. Dua hari kemudian TNI melancarkan serangan umum kedua kalinya terhadap Kota Malang dan mengklaim membunuh 30 serdadu Belanda dan kaki tangannya.

Serangan ketiga terhadap Kota Malang terjadi 25 Januari 1949 pada pukul 23.00tengah malam.Serangan ini dimulai dari Temangayam.Para geriliyawan menerobos hinggaJalan kawi dan Jalan Arjuno.Di sepanjang kedua jalan terjadi tembak-menembak dari jarak dekat dalam beberapa jam.Dalam pertempuran itu jatuh korban 19 orang tentara Republik luka-luka dan 3 orang tertawan Belanda.Puluhan penduduk sipil tewas atau luka.Sementara Republik mengklaim menewaskan 17 serdadu Belanda, termasuk 5 polisi militer. Sebuah truk dan beberapa jip Belanda rusak.

Keesokan harinya Belanda melancarkan operasi pembersihan di desa-desa Kelampok, Bareng dan Tanjung. Dalam operasi ini Belanda menangkap 6 orang pelajar HBS karena kedapatan memiliki senjata api.

Pada 8 Februari 1949 pertempuran terjadi dalam Pasar kapanjen. Tembak-menembak seru terjadi dalam pasar, diikuti perkelahian satu lawan satu sekitar pukul 10.00-16.00.Di pihak Indonesia 3 orang gugur dan seorang luka-luka.Sementara di pihak Belanda jatuh korban 4 serdadu dan 2 orang Tionghoa yang menjadi Leveransir Brigade ke X.

Pada 25 Februari 1949 tentara pendudukan Belanda di Kota Malang mendapat serangan geriliya.Kali ini Pasar Pecinan mendapat serangan.Tidak terlalu jelas kelompok mana yang menyerang.Empat orang penjaga pasar ditemukan terikat dan kantor pusat dibongkar.Keesokan harinya 2 orang Tionghoa ditemukan tewas di daerahGintung dan seorang anak laki-laki peranakan Malang hilang dari Kota Malang.Hilang di sini berarti diculik dan kemudian dilepaskan atau bisa berarti hilang selamanya.

Pada 1 Maret kembali Kota Malang mendapat gangguan. Kawat-kawat telefon diputus. Pos Polisi belanda di Belakang Loji diserang sekelompok orang bersenjata. Juga tidak terlalu jelas penyerangan ini.Seorang polisi di pihak Belanda tewas dan seorang lagi luka-luka. Seorang TNI berpangkat kapten juga dilaporkan tewas di Kota Malang. Tidak jelas penyebabnya.Pada 12 April 1949 seorang Inspektur Polisi diKota Malang tewas dibunuh penembak gelap (sniper).Kabel telepon ditemukan sudah terputus.

Pertempuran dan AksiKekerasan di Perdesaan: Drama Peniwen

Dalam melakukan pengejaran terhadap para geriliyawan tentara Belanda kerap membunuh korban sipil hingga menimbulkan dendam di kalangan rakyat.Akibatnya pada akhir Revolusi terjadi aksi geriliya terutama dari kategori irregular forces ganti melakukan pembalasan terhadap orang-orang sipil Belanda atau yang dianggap Pro Belanda.

Salah satu kekejaman Pasukan Belanda yang paling tidak masuk akal ialah yang terjadi di Desa Peniwen, sekitar 25 Km dari Kota Malang.Pada 19 Februari 1949 pukul 16.00 pasukan KNIL menyerbu Rumah Sakit Panti Husodo (sebuah rumah sakit protestan)yang sebetulnya hanya rumah sakit bersalin.Tindakanitu dilakukan tentara belanda inidalam rangka mencarigeriliyawan. Namun yang didapat Belanda bukan orang bersenjata, tetapi anggota Palang merah TRIP atau Palang Merah yang masih remaja, serta pegawai rumah sakit bersama pasien-pasiennya.

Tentara KNIL memaksa penghuni rumah sakit ke luar. Tanpa suatu alasan yang jelas 12 anggota Palang Merah Remaja dan setidaknya 5 penduduk sipil ditembak mati.Insiden ini tidak saja memancing kecaman dari pihak Indonesia, tetapi juga surat kabar Belanda. Apalagi muncul desa-desus bahwa tentara KNIL ini memperkosa 3 wanita Kristen. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peniwen Affair merupakan noda hitam dalam sejarah militer Belanda.

Sri Mulyanti,anggota BPD Peniwen mengungkapkan kepada Malang Post , 18 agustus 2013. Usai peristiwa pembantaian PMR 19 Februari 1949, KNIL Belanda masih belum menghentikan terornya kepada desa Peniwen. Teror terhadap Peniwen bahkan sudah berlanjut, ketika peristiwa pembantaian diketahui oleh negara-negara dunia.

Menurut cerita Yanti surat dari gembala gereja Peniwen saat itu, Ds Martodipuro kepada pihak gereja internasional, membuat insiden pembantaian diketahui secara luas, itu malah membuat Belanda makin marah.Gereja Peniwen yang saat itu jadi pusat perlindungan warga, sempat jadi sasaran serangan Belanda. Yanti menceritakan, beberapa waktu setelah surat protes dari gereja soal pembantaian anggota PMR diberitahukan kepada masyarakat internasional, Belanda berang.Karena pembantaian terhadap anggota Palang Merah jelas pelanggaran Konvensi Genewa.

Philipianto, seorang saksi sejarahpendeta desa, menceritakan apa yang telah didengarnya dari ayahnya. "Orang-orang yang hadir di rumah sakit dibawa diikat dengan tangan di bagian belakang luar dan ditembak. Gereja menulis surat kepada Dewan Gereja Dunia, yang mengirim tiga delegasi. Mereka membuat resolusi, sehingga Belanda akan berhenti. 'Perang.

Serangan Geriliya di Luar kota

Serangan geriliya ditujukan pada sarana logistik tentara Belanda, di antaranya kereta api.Pada 19 Januari1949kereta api pengangkut barangterakhir dari Kota Malang menuju Surabaya dibajak dari Stasiun Sengon oleh para geriliyawan dan dilarikan ke Bangil.Pada 31 Januari1949jalur ini juga mengalami sabotase. Jalan KA antara Wonokerto dan Sukrejo dibongkar sepanjang 136 meter.Selang beberapa hari kemudian KA pertama dari Malang ke Surabaya melanggar ranjau dan menimbulkan kerusakan pada lokomotif.

Serangan ranjau terhebat terjadi pada 21Februari 1949 menewaskan tiga orang dan melukai 2 orang lainnya di pihak Belanda. Tiga hri kemudian kereta api sama juga melanggar rajaudan menewaskan 3 orang militer Belanda danseorang guru.Akhirnya KA Surabaya-Malang ditutup sementara waktu.

Kendaraan mobiljuga mendapat serangan dan sasaran empuk geriliyawan.Pada 20 Januari 1949 sebuah prahoto dihujani tembakan antara Tretes dan Pandaan. Supir Prahoto itu tewas bersama 7 orang lainnya dan 6 orang luka parah. Pada 12 Februarisuatu kelompok bersenjata(tidak jelas kelompok mana)mencegat 3 buah oplet dan menahan seorang Tionghoa. Namun kemudian dilepaskan.

Keesokan harinya pada 13 Februari 1949 giliran sebuah bus ditahan antara Pasuruan-Malang dekat Alkmaar (pabrik gula) oleh 20 orang gerililiyawan.Para penumpang dipaksa turun dan bis dibakar. Tas berisi uang sejumlah 200 Rupiahraib. Dilihat dari motif penyerangan jelaskelompok yang ingin melakukan perampokan daripada perjuangan. Pada 21 Februari 1949 sebuah sedan yang membawa polisi untuk perkebunan Wonosari diserang pula dekat Lawang sehingga 2 agen polisi tewas. Dilihat dari korbannya walau tidak disebut kelompok mana.Namun dilihat dari sasarannya kharakterserangan ini anti Belanda.

Kota Malang Sesudah Cease Fire

Cease fire pada Agustus 1949tidakmembuat Kota Malang beradadalam situasi aman.Malah terjadi serangkaian pembunuhan, penculikan dan perampokanmelanda kota Malang membuktikan ketidakmampuan Belandadalam mengamankan kota Malang.Sitor Situmorang dalam laporannya yang dimuat dalam harian Haluan21 Oktober 1949menyebutkan bahwa keadaan kota persis seperti Medan masa pendudukan Inggris.

Di dalam kota sering terdjadi orang tertembak mati di djalan. Sebegitoe tepatnja si penempak bertindak begitoe poela ia menghilang antara orang banjak dan tindakan pembalasan hanja berhasil matinja orang-orang tak bersalah karena pelor njasar.

Pada permoelaan boelan ini doea pendjara Malang telah botjor. Satoe Pendjara di Lowokwaroe jang terletak di tepi kota dan satoe lagi di poesat kota. Penjdta Lowokwaroe menjimpan 4000 tawanan kebanjakan anggota TNO.Ketika pendjara itoe botjor di poesat kota, 11pendoedoek tewas atau loeka-loeka berat karena tembakan serampangan jang dilepaskan kepada tahanan2jang lari, menghilang dalam lorong-lorong dan di tengah2 kota…

Sebanyak 349 tahananlolos menghilang dalam lorong-lorong kota.Hanya 110 yang berhasil ditangkap kembali.Pelarin ini sangat mengejutkan pihak Belanda. Apalagi di kota berkeliaran para sniper dengan menjadikan kepala orang Belanda, orang Tionghoa dan orang Ambon sebagai sasarannya.

Masih menurut laporan Sitor Situmorang pos-pos tentara Belanda di Malang-Surabaya menunjukan keaktifan luar biasa.Bus-bus penumpang yang melalui jalur Malang-Surabaya dikonvoi.Sementara di Pandaan terjadi insiden yang mengakibatkan tewasnya beberapa tentara Belanda. Sementara surat kabar Sedar edisi 18 Oktober 1949menyebutkan RI mengirim ultimatum kepada pihak Belanda untuk melepaskan seorang asisten residen di pihak RI yang ditangkap Belanda pada 12 Oktober 1949.

Untuk mengatasi apa yang disebut sebagai krisis Jawa timur, pihak Republik dan Belanda mengadakan perundingan alot.Pihak Republik menuduh Belanda yang mengadakan provokasi dengan melakukan penangkapan yang semena-mena walau dalam masa genjatan senjata. Sementara Belandamalah menuduh kalangan ekstrimis dari republik yang mencoba melakukan pengacauan.Ruslan Abdul Gani mengatakan bahwa kemelutu Jawa Timur karena sabotase dari kalangan rendah dari alat-alat pemerintah Belanda.

Pada 20 Oktober 1949, Republik mengajukan tiga tuntutan:

1.Segenap tawanan dan pegawai pamong praja yang ditawan sesudah 10 Agustus 1949 supaya dilepaskan.

2.Segenap senjata yang dirampas sesudah tanggal 10 Agustus 1949 dikembalikan.

3.Supaya tidak dilakukan penangkapan atau perlucutan senjata dengan tidak membicarakan terlebih dahulu dengan panitya bersama setempat atau didapat persetujuan komandan kedia pihak.

Pihak belanda akhirnya mengabulkantuntutan pertama dan kedua dan tidak mengabulkan tuntutan ketiga.

Pada 28 November 1949 di Kampung Watugong 3 km sebelah barat Kota Malang ditemukan sebuah kuburan besra berisi 12 mayat. Pembongkaran tersebut disaksikan peninjau-peninjau PBB dan opsir-opsir Belanda dan RI.Mayat-mayat itu adalah orang Indonesia,Tionghoa dan Belanda yang diculik dari Malang.Para penculik diduga badan-badan perjuangan beraliran kiri.

Pada Desember 1949 perampasan sepeda, vrachauto di tengah jalan dan menggedoranmasih menjadi kegelisahan penduduk. Yang paling menggemparkan terjadi pada diri gadis Tionghoa bernama Tjan Sien Nio pada 15 Desember. Gadisitu sedang naik sepeda di Jalan Tongan hendak mengembalikan jahitan. Dia dihadang.Sepedanya dirampas dan gadis itu ditembak hingga luka parah dan akhirnya meninggal (Sedar 22 Desember 1949).

Pasca Penyerahan Kedaulatan

Banyak warga kota percaya bahwa penyebab utama tindak kekerasan ini jalin-menjalin antara kemerosotan ekonomi, perasaan tidak puas di kalangan geriliyawan terutama kelompok tidak resmi, begitu banyaknya senjata beredar di luar tentara regular.Salah satu kemerosotan ekonomi rakyat ialah kebutuhan rumah.Akibat pendudukan Jepang dan Agresi Militer belanda mengakibatkan hancurnya 4 hingga 5 ribu di Kota Malang.

Kaum terlantar berkeliaran di dalam kota, tinggal di emper-emper atau paling tidak ditampung di Toko Oemoem (eks Onderling Belang) di Jalan Kayutangan.Rumah rakyat yang masih utuh sebagian besar masih berdinding bambu yang menjadi tempat yang nyaman bagi bersemayam penyakit. Pada Maret 1950warga kota dikejutkan berkecamuknya wabah cacar.Lebih dari seratus orang tewas dan separuh warga kota harus disuntik.Wabah ini berlangsung sampai 1951.Pada waktu berlangsung muncul wabah yang sama menakutkannya: sampar.Pada April 1951 beredar kabar menggeleisahkan bahwa belasan orang telah tewas. Korban pertama dalah pegawai sbeuah urmah makan di Jalan Kabupaten.Wabah Sampar cepat muncul dan cepat menghilan, namun cukup membuat jawatan kesehatan kalang kabut.

Para penganggur dalam kota menakutkan.Pada Maret 1951 dari sekitar 400 ribu wargakota, kira-kira 50 ribu adalah pengangguran. Para geriliawan tidak mau turun gunung bahkan sudah melakukan criminal, merampok, merampas, menculik dan membunuh.Angka kejahatan terbesar adalah peramapsan sepeda.Data yang saya sarikandari Kantor Berita Antara,Februari hingga Agustus 1950 sebanyak 73 sepeda dirampas di Kota Malang.

Modus operandi sebagai berikut. Seorang pengendara sepeda menelusuri jalan sendirian –kadang kala di mata orang banyak- lalu muncul dua atau tiga orang bersenjata revolver mencegat.Tentu saja pemilik menyerahkan sepedanya, karena mempertahankan juga hilang bahkan plus ditembak. Yang bikin gemas pihak keamanan di Kota Malang mereka kerap berseragam tentara.Pada triwulan terakhir 1950 berdasarkan penelusuran saya di Malang Post perampasan sepeda menurun hanya 36 kasus.

Tetapi angka perampokan meningkat menjadi 267 kasus dan menyebabkan 14 orang tewas, termasuk seorang reserse.Sepertiga di antara kasus perampokan terjadi paad toko-toko milik orang Tionghoa. Sepanjang tahun 1950 banyak toko yang tutup lebih cepat. Tetapi itu bukan jaminan bebas rampok.Di depan mata orang gerombolan bersenjata yang diperlengkapi senjata sten ini melancarkan aksinys melakukan penembakan ke toko-toko.Diperkirakan pada triwulan terakhir 1950 kerugian akibat perampokan mencapai Rp100 hingga Rp500 ribu.Dalam bulan September 1950 terjadi serangan terhadap parbik gula Kebon Agung. Sekitar 10 hektar kebon tebu rusak atau dibakar menyebabkan kerugian sebesar Rp 50.000.

Memasuki 1951 perampasan sepeda masih terjadi.Ada triwulan pertama 1951 terjadi 27 kaliperampasan sepeda/Kebanyakan terjadi Boldistraat, Jodipan, Kasin dakn Kabalen.Perampasan ini kerap disertai pembunuhan. Di antara korban yang terbunuh terdapat beberapa pelajar sekolah rakyat di Malang.Pada 1951 terjadi juga aksi kriminal seperti di Chicago tahun 1920-an.Segerombolan orang bersenjata memasuki toko di kawasan Kayutangan di siang hari bolongmereka memaksa pemilik toko menyerahkan perhiasan atau uang yang ada di kas.Pada Januari 1951 menurut Malang Post tercatat dua pemilik toko tewas dalam perampokan.

Para polisi juga dijadikan sasaran. Seorang reserse berkendaraan auto ditembak mati di Kampung Celaket oleh seseorang tidak dikenal pada 8 Januari 1951. Serangan lain yang mengejutkan terjadipada April 1951 suatu gerombolan bersenjata menyerang perkebunan kopi di Ameplgading dan melukai lima orang polisi (Malang Post, 17 April 1951).Orang-orang tidak dikenal berpetualang dengan tujuan takjelas.Pada malam minggu 24 Maret 1951 di halaman restoran Hioen Kwe di tenagh keramaian Pasar Malam Pecinan, di tempat pemakiran sepeda seseorang melemparkan granat hingga melukai dua perempuan. Dia melarikan diri sambil melepas tembakan hingga membuat kecut orang yang menangkapnya (Malang Post, 27 Maret 1951).

Gerakan Malik dan Counter Strike TNI

Gangguan keamanan paling serius di Jawa Timur datang dari gerombolan bersenjata yang dipimpinan oleh Abdul Malik, ada yang menyebutnya sebagai Abdul Salam atau Imam Soedjono.Bekas lurah Desa Romposari, Kabupaten Sidoarjo ini dan tinggal di Dukuh Jangan Asem. Sewaktu Sidoardjo diduduki Belanda , Malik sempat mengungsi sebentar dan dia kembali menjadi lurah dan punya hubungan pasukan IVG (Informatie voor Geheimen) Dinas Rahasia Tentara Belanda.

Perilakunya memang membingungkan. Dia juga disebut pengagum Mao.Tetapi dia berhubungan juga dengan tenatara Belanda.Tetapi Malik juga tidak suka terhadap pemerintah Soekarno.Malik menantang perjanjian KMB yang dianggapnya menjual Indonesia kepada modal asing.Pada 6 Agustus 1950 Malik dibantu seorang bernama Tajib mengadakan rapat rahasia yang dihadiri 25 orang dengan tujuan menyetujui pemerintah.

Sejak itu mereka melakukan agitasi, penyebaran pamlet, perampokan, penculikan, pembunuhan terhadap beberapa kepala desa, serta pejabat pemerintah.Daerah operasinya Bangil-Gempol-Pandaan. Pada 4 Desember 1950Gerombolan Malik menyerang markas militer Belanda di Tretes dan merampas senjatanya. Dia juga menyerbuGudang Zeni Pionir di Lawang, pos-pos polisi di Sukarejo dan markas TNI di Lawang.Mulanya Malik bisa bergerak leluasa hingga TNI melakukan counter strike yang jitu.

Itu terjadi pada awal 1951 ketika Brigade Brawijayamempunyai komandan baru yang cakap dan bertindak tegas. Namanya Letnan Kolonel Abimanyu. Pengalaman dalam memimpin tentara sangat memadai. Dia pernah menjadi Pangdam Siliwangi pada 1948-1949. Antara 27 Februari hingga 9 April 1951 pasukannya berhasil menangkap 1000 orang bersenjata dan menyita 50 pucuk senjata api.

[caption id="attachment_318907" align="aligncenter" width="300" caption="Letkol Abimanyu (kredit foto www.koleksitempodoeloe.blogspot.com)"]

13909127041789252650
13909127041789252650
[/caption]

Prestasi yang paling mengesankan dari pihak TNI adalah Operasi Merdeka yang berhasil menangkap kepala gerombolan bersenjata Abdul Malik dan 7 pengikutnya di Kaliputih pada 12 Mei 1951. Dalam pertempuran kecil pukul 5 subuh itu, pasukan TNI menewaskan tangan kanannya Bakri Arifin alias Tahar. Malik sendiri terluka.Hancurnya gerombolan Malik adalah titik balik pemulihan keamanan di Jawa Timur. Razia besar-besaran Agustus 1951 menangkap banyak tokoh beraliran kiri dan sejumlah besar senjata disita.Di antara yang tertangkap adalah tokoh utama PKI di Kota Malang, B.O.Hutapea.

Pemulihan keamanan di Jawa Timur relatif lebih cepat dibanding Jawa Barat dan Jawa Tengah.Dukungan para ulamapada pihak keamanan juga faktor pendukung lewat pernyataannya. Di antaranya Kyai Haji Sukri Ghazali dalam ceramah Idul Fitrinya pada 16 Juli 1950 mengecam perampokan-perampokan yang terjadi.Hancurnya gerombolan Malikdengan begitu cepat juga disebabkan karena tidak punya akar ideologis yang kuat dan tidak punya basis sosial yangberakar. Dibanding dengan Jawa Barat, Banten dan utara Jawa Tengah, pemulihan keamanan di Jawa Timur relatif lebih baik dan cepat.

Irvan Sjafari

NB :Tulisan inire-write dari makalah iseng-iseng sewaktu masih duduk di bangku kuliah Jurusan Sejarah UI sekitar 1992. Merupakan tulisan re-write ke 6 dari 8 tulisan tentang Sejarah Malang dan sekitarnya yang pernah saya tulis masa itu.

Sumber:

“Garderigiment FuseliersPrince Irene” dalam Wikipedia. Diakses tanggal 13 Januari 2014 dan http://www.gunsandbugles.co.uk/princess-irene.htm Diakses 13 Januari 2014.

Mashuri, Daerah Malang Selatan dalam Perang Kemerdekaan 1947-1949, Thesis Program Pasca Sarjana Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia, 2001.

Nasution, A.H, SekitarPerang Kemerdekaan Jilid 10: Perang Geriliya Semesta II , Bandung: Angkasa, 1979

Safwan, Mardanas dan Kutoyo, Sutrisno (editor), Sejarah Daerah Jawa Timur, Jakarta; Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia, 1978

Shafrtiz, JayDictionary of Military Science, New York: Facts on File, 1987

http://www.sanneravensbergen.nl/about/de-peniwen-affaire-%E2%80%93-19-februari-1949/ diakses pada 13 Januari 2014.

Sumber-sumber Primer

Kantor Berita Antara 1949-1951

Haluan, 1949

Malang Post 1950-1951

Sedar1949-1950

Lima tulisan lain tentang Malang:

http://sejarah.kompasiana.com/2013/10/19/kota-malang-pada-masa-awal-perang-kemerdekaan-1945-1947-3-warga-kota-etnis-tionghoa-dari-sudut-ekonomi-politik--600387.html

http://sejarah.kompasiana.com/2013/10/07/kota-malang-pada-awal-perang-kemerdekaan-1945-1947-2-patriot-anak-sekolahan--596564.html

http://sejarah.kompasiana.com/2012/08/14/kota-malang-pada-masa-awal-perang-kemerdekaan-1945-1947-1-aksi-kemanusiaan-di-garis-belakang-479414.html

http://sejarah.kompasiana.com/2012/08/30/bisnis-dan-dakwah-catatan-tentang-kiprah-para-pengusaha-muslim-pribumi-di-kota-malang-1914-1950-an-483162.html

http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/01/horor-hantu-hitam-sebuah-catatan-tentang-wabah-pes-di-kabupaten-malang-1910-an--570020.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun