Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Musim SARA

14 November 2017   17:43 Diperbarui: 14 November 2017   18:01 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat kembali ke beberapa waktu yang lalu, media di Indonesia sontak ramai membahas isu yang sensitif di dalam masyarakat. Isu tersebut adalah isu berbau SARA. Kita coba mengambil peristiwa terdekat dengan banjirnya isu SARA tersebut. Coba kita pikirkan, peristiwa apa?....

ya, pilkada DKI Jakarta. 

Apakah ada hubungan antara SARA dengan politik? saya pribadi melihat ada hubungan kuat antara kedua hal tersebut. Anda mungkin akan tersadar dan berpikir, "oh iya ya, benar juga". 

Saya melihat ada kecenderungan waktu di mana isu SARA membanjiri ruang publik media di Indonesia. Pasti ataupun tidak, ketika mendekati masa pesta politik (pilkada, pilpres) isu SARA muncul di suatu postingan dan menjangkit ke akun-akun media lainnya (media online, media sosial, media televisi, dll.). 

Menilik yang terdekat saja, pilkada DKI Jakarta. Menjelang, berlangsung, hingga paska pilkada DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu, media-media segala rupa di Indonesia ramai bercuap-cuap mengenai agama dari salah satu pasangan calon gubernur DKI Jakarta, kasus penistaan agama, hingga pada ras. Ada sekat-sekat dari majemuknya bangsa ini yang dimainkan oleh aktor-aktor. Pengoposisian pun ramai terjadi, Islam vs Kristen, lokal vs Cina. Apakah itu sebenarnya basis konflik itu tercipta. 

Saya rasa bukan. Itu hanyalah sekat-sekat yang dipermainkan untuk dijadikan alat perang oleh aktor-aktor politik. Kekuatan dan masalah terbesar adalah pada partai politik dan aktor-aktornya. Memunculkan atau bahkan memproduksi dan mengemas isu SARA naik ke permukaan untuk dijadikan agenda publik. Selalu saja begitu. Kenapa? karena itu adalah SARA, hal yang over sensitif di Indonesia. Masyarakat mudah teralihkan dan terfokus hanya sampai menerima isu SARA tanpa ada upaya penilaian dan mengkritisi motif di balik munculnya isu SARA tersebut. 

Sampai-sampai kita dikejutkan dengan kelompok penebar kebencian seputar SARA yang dinamakan Saracen. Tak tanggung-tanggung isu SARA bahkan dijadikan bisnis. Kenapa bisa jadi bisnis? karena (maaf) banyak dari anggota masyarakat kita gampang tersulut dan menyukai konflik seperti itu. 

ya ampun, manusia! hehhhhhh......

Isu Sara berlatar-belakangkan perang dalam politik. Dengan memanfaatkan perbedaan seputar SARA antar aktor politik yang bersaing maka isu SARA bisa dirilis menjadi senjata. Lantas siapa target dari isu SARA ini? bukan lawan politik, melainkan masyarakat. Lawan politik hanyalah tujuan dam hasil akhir yang dimau oleh pemakai jasa isu SARA. Masyarakat adalah target dan korban sesungguhnya dari isu SARA. 

Jangan heran lagi kalau akan muncul pemberitaan berbau SARA di sekitar kita menjelang dan berlangsungnya pesta politik. Itu senjata kuat para aktor yang bersaing dalam pemilihan. Sudah ada kecenderungan yang terlihat, bukan? Musim SARA. 

Selain musim buah, musim panen, musim hujan & kemarau, sekarang ada pula yang dapat kita prediksi, yakni MUSIM SARA. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun