Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda Desa sebagai "Agent of Change" Menuju Kemandirian dan Kedaulatan Desa

9 Juli 2021   13:49 Diperbarui: 9 Juli 2021   13:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemuda desa agar lebih siap berperan di desa  (Greg Sindana ; Gerakan Pemuda Desa; Gerakan Warga Biasa; 2020). Yang pertama, membangun ekosistem pemuda yang mandiri. Ekosistem yang mandiri dapat dicapai dengan membangun ketiga hal dibawah ini :

Pertama Sekolah Desa, sebagai pendidikan yang memerdekakan dan kontekstual sesuai kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi pemuda desa di desa masing-masing. Kedua Jaringan Pemuda Desa, sebuah ekosistem yang mampu menjadi ruang tumbuh yang sehat para pemuda desa untuk menemukan dirinya sendiri, karena kami yakin ekosistem yang baik melahirkan karakter yang baik. Ketiga  Lumbung Data Desa, adalah riset kolektif yang dilakukan bersama jaringan pemuda desa secara berkelanjutan.

Yang kedua, menjadikan desa sebagai laboratorium pemuda. Dalam Kongres Kebudayaan Desa, gagasan inilah yang coba kami dorong dalam upaya pelibatan pemuda di desa, bagaimana agar di masa depan pemuda di beri ruang, diberi peran menjaga dan mengelola tiga aset utama desa yaitu air bersih, udara bersih, pangan sehat. Desa dapat me njadi ruang eksperimen pemuda dan ruang untuk berkarya nyata, dimana pemuda desa bisa mengaplikasikan nilai 'ngelmu kelakone kanthi laku'.

Setidaknya ada tiga persoalan yang dihadapi kaum muda di desa (Sunanto ; Pemuda dan Pembangunan Desa; 2020). Pertama, pendidikan dan pengangguran. Terbatasnya fasilitas pendidikan di desa menyebabkan SDM di desa menjadi kalah tangkas dan kalah bersaing dibandingkan SDM kota. Karena faktor pendidikan yang rendah ini pula maka susah ditemukan inovasi-inovasi desa.

Masalah kedua adalah keahlian (soft skill). Tanpa fasilitas pendidikan yang mendukung maka kreativitas dan keahlian mayarakat desa susah berkembang. Oleh karena itu, agak sulit  rasanya membayangkan alih teknologi dapat terjadi dengan cepat di desa tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di desa.

Problem ketiga, adalah akses teknologi dan transportasi. Keterbatasan akses teknologi serta  transportasi semakin membuat mayarakat desa jauh dari kemajuan. Adanya pagebluk Covid-19, sudah seharusnya merubah mindset pemuda desa untuk menjadi aktor sekaligus agent of change, menjadi garda terdepan dalam mewujudkan kemandirian dan kedaulatan desa. Dengan modal karakter dan kepribadian yang bersumber dari nilai-nilai luhur warisan para leluhur yang membedakan pemuda desa dengan pemuda kota. Sudah saatnya bergotong royong, bersatu padu untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan desa.

Adalah  Kongres Kebudyaan Desa 2020, yang  menghasilkan  formulasi arah tatanan  Indonesia baru dari desa  itu telah termaktub secara ringkas dan padat dalam rumusan visi Indonesia baru dari desa  berwujud Deklarasi Arah Tatanan Indoensia Baru dari Desa, yang isinya antara lain bebunyi :

"Atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, maka desa dengan ini menyatakan bahwa cita-cita tatanan Indonesia baru adalah terselenggaranya politik pemerintah desa yang jujur, terbuka dan tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat yang partisipatif, emansipatif, tenggang rasa, beradaya tahan, mendiri serta memuliakan kelestarian  semesta ciptaan melalui pendayagunaan datakrasi yang ditopang oleh cara kerja pengetahuan dan pengamalan  lintas ilmu bagi terwujudnya distribusi sumber daya yang setara untuk kesejahteraan warga."

Terdapat tiga misi yang diposisikan sebagai cara pencapaian demi terwujudnya visi Indonesia baru dari desa tersebut, yaitu : menjadikan desa sebagai arena demokrasi politik lokal sebagai wujud kedaulatan politik, kedaulan ekonomi dan kedaulatan data. Pemuda harus terlibat aktif dalam sebagai agent of change dalam setiap misi dan visi kepala desanya masing-masing. Demi mewujudkan Kedaulatan politik dan pemerintah desa, pemuda berperan untuk mengedukasi tentang bahaya "money politic"  dalam kontestasi poloitik di desa. 

Terkait penggunaan Dana Desa, pemuda beperan untuk mengkritisi kebijakan yang tidak mengarusutamakan kepentingan warga desa dan mengkritisi penggunaan Dana Desa yang masih abu-abu atau tidak transparan dan cenderung mengarah pada praktik-praktik KKN. Terkait kedaulatan ekonomi, pemuda berperan menghidupkan ekosistem ekonomi kerakyatan bukan ekonomi kapitalis, serta ikut menggerakkan ekonomi kreatif dan inovasi produk yang bersumber dari desa.  Meminjam kalimat Wahyudi Anggoro Hadi : "JANGAN TINGGALKAN DESA. KARENA DESA LAYAK DIPERJUANGKAN.

Terkait  kedaulatan data desa. Pemuda-pemuda yang melek IT sudah saatnya berkarya untuk mewujudkannya dengan masuk menjadi Tim IT Desa, sebagai pengelola sistem informasi desa.  Karena dengan up date data dan infografis secara berkala tentang kegiatan pemerintah desa, semakin mempertajam akan transparansi data publik, sehingga akan meminalisir program-program fiktif yang tujuannya adalah  untuk  meminimalisir potensi terjadinya praktik-praktik KKN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun