Mohon tunggu...
Julius Situmorang
Julius Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Buku Jendela Dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kritik terhadap Pola Pikir Sebagian Jemaat terhadap Keterbukaan Kidung Agung dalam Mengungkapkan Relasi Cinta

14 Juli 2022   22:35 Diperbarui: 14 Juli 2022   22:47 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konstruksi pemikiran jemaat-jemaat Kristen (baik yang muda dan tua) dalam melihat kitab Kidung Agung hampir secara keseluruhan terbagi menjadi dua pendapat.

Pertama menganggap Kidung Agung sebagai kitab yang porno, tentu pendapat ini lebih banyak dikemukakan oleh golongan jemaat yang masih muda, tetapi tidak menutup kemungkinan golongan jemaat yang sudah tua masih beranggapan seperti demikian. Saya mengasumsikan hal tersebut berangkat dari pendapat anak-anak muda pada jaman saya.

Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sesekali diminta oleh salah seorang teman saya yang lebih tua 5-6 tahun (berarti anak-anak SMA) untuk membaca Kid. 7: 6-8 secara lantang. Sembari saya membacanya, mereka dengan sengaja menertawai saya sambil mengejek saya dengan kata-kata “bocah mesum”. 

Pada saat itu saya akhirnya juga ikut tertawa dan mendapatkan pemahaman bahwa Kid. 7: 6-8 adalah teks yang mesum. Tetapi pemahaman saya tersebut bukan berarti saya telah memahami maksud dari teks Kid. 7: 6-8 itu, yang terkhusus berbicara tentang “tubuh yang seperti pohon korma dan buah dada sebagai gugusannya”.

[1] Kala itu saya masih anak SD yang belum mengalami pubertas, pemikiran mesum belum terjalin dalam otak saya. Sebaliknya pemahaman saya menganggap Kid. 7: 6-8 sebagai teks mesum terbentuk karena tertawaan teman-teman saya dan ejekan mereka kepada saya tersebut. 

Konstruksi pemikiran jemaat yang kedua adalah bagaimana menanggapi Kidung Agung sebagai sebuah alegori cinta kasih Tuhan dengan manusia, biasanya pemikiran ini dimiliki oleh golongan jemaat yang sudah tua, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa golongan muda juga berpikir hal yang sama. 

Dalam kasus ini saya mengambil contoh dari pengalaman saya kembali; yaitu ketika saya telah mengetahui teks Kid. 7: 6-8 adalah teks mesum, saya mempertanyakan hal tersebut kepada ayah saya yang seorang majelis. 

Pertanyaan saya kala itu berfokus pada “Mengapa Alkitab (Kid. 7: 6-8) mengajarkan orang menjadi “bocah mesum”? dari pertanyaan tersebut ayah saya menjawab dengan argumen bahwa teman-teman saya-lah yang merupakan bocah mesum, Alkitab tidak menjadikan orang menjadi “bocah mesum”, tetapi ingin menunjukkan cinta kasih Tuhan terhadap manusia. 

 Dari pengalaman masa kecil saya tersebut, saya akan membandingkan dengan apa yang saya pelajari selama ini. Menurut beberapa pakar Perjanjian Lama, termasuk dosen saya Teologi Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung termasuk karya dari para bijak bestari

Berarti sudah selayaknya jika apa yang dihasilkan oleh kaum bijak bestari adalah kebijaksanaan dan hikmat yang mungkin berdasarkan dari pengalaman hidup mereka. Dengan kenyataan masa kecil seperti di atas kiranya dalam paper ini saya bisa menjawab permasalahan konstruksi pemikiran sebagian jemaat kristiani tentang Kidung Agung.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun