Oleh : Mas Anto
13 Februari 2020, Rabu sore sepulang kerja saya sempatkan melipir ke daerah yang bernama Bojong Kaso di Cileungsi. Cuaca saat itu gerah dan redup, belum lagi harus berdesakan dengan pengendara motor lain di depan PT. JS Jakarta. Sumpah serapah langsung terlontar ketika sebuah motor PCX putih tiba-tiba menyenggol spatbor belakang motor kemudian menyalip dari sebelah kiri. Bukan karena suatu hal, hanya kaget mak tratap. Lepas dari kemacetan, saya berbelok menyusuri jalan arah cikuda. Jalan yang dulu punya histori panjang tentang keberadaan perusahaan multinasional milik tuan tanah Michiels-Arnold Landen di onderdistrict Cileungsi. Luas tanahnya dari ujung Jonggol-Cariu, Cipamingkis, Lemahabang, Serang, Cileungsi-Cikeas, dan sebagian Citeureup. Seperti inilah bentuk bangunan administrasi perusahaan tersebut. Sambil nunggu hujan reda didepan toko granit CV. Granite Djaya, saya coba menuangkan dalam tulisan ini.
Gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff (1743-1750) memiliki minat yang kuat untuk mengembangkan pertanian di sisi timur sungai Ciliwung di sepanjang jalur jalan poros dari Batavia di hilir hingga hulu sungai Ciliwung. Hal ini boleh jadi karena sebelumnya, pada tahun 1745 van Imhoff telah membangun sebuah villa di hulu sungai Ciliwung.
Villa ini kelak bertransformasi menjadi Istana Bogor yang sekarang. Eksplorasi sisi timur sungai Ciliwung dimulai pada tahun 1687 dengan mengirim sebuah tim ekspedisi ke hulu sungai Ciliwung yang dipimpin oleh Sersan Scipio. Tim ekspedisi ini kemudian menemukan reruntuhan eks kerajaan di titik singgung terdekat antara sungai Ciliwung dengan sungai Cisadane.
Tim ini kemudian menetapkan dan membangun sebuah benteng (fort) di titik tertentu yang disebut Fort Padjadjaran (mengambil nama eks kerajaan). Didepan fort inilah kemudian Gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff membangun sebuah villa.Secara historis, meski nama Cileungsi sudah dikenal (onderdistrict yang dipimpin oleh seorang wedana) sejak era Gubernur Jenderal van Imhoff dalam program pembangunan kanal irigasi, namun nama Cileungsi sebagai nama tempat sangat jarang terberitakan. Cileungsi mulai ramai ketika  sebuah perusahaan milik Michiels-Arnold mulai beroperasi di wilayah tersebut. Lokasi landhuis Cileungsi berada di sisi timur sungai Tjitrap (juga disebut sungai Tjilengsi).
Secara geografis, landhuis Cileungsi lebih mudah diakses dari Bekasi (District Bekasi). Berdasarkan Peta 1845 akses menuju Cileungsi dan Tjibaroesa hanya melalui utara dari Bekasi (Meester Cornelis), tetapi dalam perkembangannya justru sebaliknya dari selatan di Tjibinong (Buitenzorg). Boleh jadi perubahan itu karena terjadinya perang tahun 1869 di Bekasi.
Landhuis adalah rumah tuan tanah (landheer) dari tanah partikelir (land). Landhuis dapat dikatakan sebagai tempat utama di suatu wilayah (land). Dalam hal ini tanah partikelir (land) adalah tanah yang dikuasai perorangan. Pembangunan kawasan (land) dilakukan sendiri oleh landheer (tanpa ada intervensi pemerintah). Sebab, land adalah semacam negara di dalam negara.
Land Cileungsi sendiri yang berada di sisi timur sungai Cileungsi masuk ke wilayah administratif Onderdistrict Cileungsi, District Tjibaroesa, Afdeeling Buitenzorg. Landhuis Cileungsi sendiri sesungguhnya secara geografis sangat dekat dengan kampong Tjikeas, Oleh karena landhuis Cileungsi masuk administratif District Tjibaroesa, maka akses menuju landhuis Cileungsi datang dari (land) Tjibaroesa atau (land) Kelapanoenggal.
