Mohon tunggu...
JULEHA PUTRI SERLINAH
JULEHA PUTRI SERLINAH Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo perkenalkan nama saya Juleha Putri Serlinah saya mahasiswa semester 7 saya adalah seorang bisnis women

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler

11 November 2024   15:10 Diperbarui: 11 November 2024   15:14 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Diskursus Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler

Pendahuluan 

Gaya kepemimpinan Hitler sering dikategorikan sebagai gaya otoriter yang kuat dan karismatik. Berikut adalah beberapa karakteristik utama yang menonjol dalam kepemimpinannya:

Kepemimpinan Totalitarian: Hitler mengendalikan semua aspek negara, termasuk militer, ekonomi, dan pendidikan, yang menjadikannya seorang pemimpin totalitarian (Kershaw, 2008).

Karismatik dan Manipulatif: Karisma Hitler memainkan peran penting dalam menarik pengikut setia dan mendapatkan dukungan rakyat Jerman. Melalui pidato yang penuh emosi, ia berhasil menginspirasi dan memotivasi massa untuk mengikuti visi nasionalisnya (Weber, 1996).

Propaganda yang Kuat: Dalam kepemimpinannya, Hitler banyak menggunakan propaganda melalui media massa, seperti radio dan film, untuk mengendalikan informasi yang diterima oleh rakyat Jerman. Hal ini mendukungnya untuk membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang tidak dapat digantikan (Evans, 2005).

2. Mengapa (Why): Alasan di Balik Gaya Kepemimpinan Hitler

Hitler menggunakan gaya kepemimpinan yang otoriter dan represif karena beberapa alasan berikut:

Pengalaman Pribadi dan Pandangan Ideologis: Pengalaman Hitler selama Perang Dunia I dan ideologinya yang radikal tentang ras dan kekuasaan sangat memengaruhi gaya kepemimpinannya. Keyakinannya pada konsep "ras Arya" dan "Lebensraum" (ruang hidup) memotivasinya untuk mendominasi (Speer, 1970).

Kebutuhan Akan Kekuasaan yang Absolut: Bagi Hitler, hanya kekuasaan absolut yang bisa mengimplementasikan ide-idenya tanpa hambatan, sehingga ia menolak pluralitas politik atau kompromi.

Krisis Ekonomi Jerman: Krisis ekonomi yang parah di Jerman pada masa itu membuat Hitler merasa bahwa pendekatan kepemimpinan yang kuat dan tanpa toleransi terhadap oposisi adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kekuatan negara (Tooze, 2006).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun