Ramadan, bulan suci yang dinanti, kembali hadir membawa berkah dan rahmat. Di bulan yang penuh ampunan ini, umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa, menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.Â
Saat matahari terbenam, tibalah waktu iftar, yaitu saat umat Muslim berbuka puasa. Iftar bukan sekadar makan malam biasa, tetapi juga momen syukur atas nikmat rezeki setelah seharian menahan lapar dan dahaga.
Namun, ironisnya, meja iftar yang seharusnya menjadi simbol syukur seringkali menjadi saksi bisu pemborosan makanan. Berbagai hidangan lezat tersaji, namun tak jarang berakhir sia-sia, terbuang percuma. Padahal, kini kita sudah berada di penghujung Ramadan.Â
Artinya, tinggal beberapa hari lagi kita akan meninggalkan bulan yang penuh berkah ini. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan sisa waktu yang ada untuk melakukan perubahan positif, salah satunya dengan menerapkan konsep Mottainai.
Mottainai adalah filosofi hidup Jepang yang mengajarkan rasa sayang terhadap barang yang terbuang. Lebih dari sekadar tidak membuang sampah, Mottainai mengajak kita untuk menghargai setiap benda, setiap sumber daya, dan setiap makanan.Â
Di meja iftar, Mottainai mengajarkan kita untuk mengambil makanan secukupnya, menghabiskan apa yang sudah diambil, dan memanfaatkan sisa makanan menjadi hidangan baru yang lezat.
Mengapa Mottainai Penting di Meja Iftar?
Konsep Mottainai menjadi sangat penting di meja iftar karena setiap butir nasi, kurma, atau tetes kolak yang terbuang bukan sekadar sampah, melainkan hilangnya sumber daya berharga yang memerlukan energi, air, dan lahan untuk diproduksi.Â
Pemborosan makanan di meja iftar juga berdampak pada lingkungan, menghasilkan jejak karbon yang mencemari bumi, serta mengabaikan realitas kelaparan yang masih dialami jutaan orang di dunia.Â
Dengan menerapkan Mottainai, kita tidak hanya menghargai makanan sebagai nikmat, tetapi juga menunjukkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Lebih dari sekadar tindakan individual, Mottainai di meja iftar mengajarkan kita untuk mengubah kebiasaan konsumsi yang berlebihan dan tidak berkelanjutan. Ini adalah ajakan untuk merencanakan menu dengan bijak, menyajikan makanan dalam porsi yang cukup, dan memanfaatkan sisa makanan menjadi hidangan baru yang lezat.Â