Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"War Takjil", Adu Cepat dan Kreativitas di Bulan Ramadan

6 Maret 2025   10:21 Diperbarui: 6 Maret 2025   10:21 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Ramadhan di halaman GOR Segiri Samarinda kembali menjadi pusat berburu hidangan berbuka puasa, Senin, (3/3/2025). | Kompas.com/pandawa borniat

Bulan Ramadan selalu menghadirkan fenomena unik yang menarik perhatian masyarakat, salah satunya adalah "war takjil". Istilah ini menggambarkan suasana ramai dan penuh persaingan dalam berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa, atau takjil. Fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar tradisional, tetapi juga merambah ke platform daring, menciptakan dinamika baru dalam tradisi kuliner Ramadan.

"War takjil" bukan sekadar ajang berburu makanan, tetapi juga panggung kreativitas bagi para penjual. Mereka berlomba-lomba menciptakan menu takjil inovatif dan menarik, mulai dari variasi kolak yang unik hingga minuman segar dengan sentuhan modern. Persaingan ini memicu lahirnya kreasi-kreasi kuliner yang menggugah selera, memperkaya khazanah kuliner Ramadan.

Di sisi lain, "war takjil" juga menjadi ajang adu cepat bagi para pembeli. Mereka harus sigap dan cekatan dalam memilih dan membeli takjil favorit sebelum kehabisan. Suasana ini menciptakan keseruan tersendiri, di mana pembeli dan penjual berinteraksi dalam atmosfer yang penuh semangat. "War takjil" menjadi simbol semangat kebersamaan dan kegembiraan dalam menyambut waktu berbuka puasa.

Fenomena "War Takjil" di Era Digital

Fenomena "war takjil" di era digital menandai pergeseran signifikan dalam tradisi berburu takjil. Jika dulu pasar tradisional menjadi pusat keramaian, kini platform daring dan media sosial mengambil peran utama. Aplikasi pesan antar makanan memudahkan pembeli untuk memesan takjil dari berbagai penjual tanpa harus keluar rumah, sementara media sosial menjadi sarana promosi dan tren takjil yang efektif.

Peran media sosial sangat krusial dalam memicu tren "war takjil". Konten-konten menarik seputar takjil, seperti video ulasan makanan, resep kreatif, dan promosi menarik, tersebar luas dan cepat di berbagai platform. Hal ini menciptakan antusiasme dan rasa penasaran di kalangan masyarakat, mendorong mereka untuk ikut serta dalam "war takjil" daring. Selain itu, media sosial juga menjadi sarana bagi penjual untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan, membangun komunitas, dan memperluas jangkauan pasar.

Dampak "war takjil" daring terhadap pelaku UMKM kuliner juga sangat signifikan. Platform daring memberikan kesempatan bagi UMKM untuk menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan penjualan, dan membangun merek. Dengan memanfaatkan fitur-fitur promosi dan analisis data yang tersedia di platform daring, UMKM dapat mengoptimalkan strategi pemasaran dan meningkatkan daya saing mereka di tengah ramainya "war takjil".

Kreativitas dalam Menu Takjil

Kreativitas dalam menu takjil menjadi salah satu daya tarik utama dalam fenomena "war takjil". Para penjual tidak lagi hanya mengandalkan menu takjil tradisional, tetapi juga berinovasi menciptakan kreasi baru yang unik dan menggugah selera. Inovasi ini mencakup penggunaan bahan-bahan lokal dan musiman, variasi rasa yang menarik, hingga tampilan yang kekinian. Tren takjil kekinian yang diminati generasi muda juga menjadi pendorong utama kreativitas ini.

Penggunaan bahan-bahan lokal dan musiman menjadi salah satu ciri khas kreativitas dalam menu takjil. Misalnya, penggunaan buah-buahan tropis seperti mangga, alpukat, dan durian dalam kreasi es buah atau kolak. Selain itu, penggunaan bahan-bahan tradisional seperti ubi, singkong, dan pisang juga diolah menjadi hidangan takjil yang menarik. Variasi rasa yang menarik juga menjadi daya tarik utama. Para penjual berani bereksperimen dengan rasa-rasa baru, seperti rasa matcha, taro, atau red velvet, yang dipadukan dengan bahan-bahan tradisional.

Tampilan yang kekinian juga menjadi faktor penting dalam menarik minat pembeli. Para penjual berlomba-lomba menciptakan tampilan takjil yang menarik dan instagramable. Penggunaan warna-warna cerah, dekorasi yang unik, dan kemasan yang menarik menjadi daya tarik tersendiri. Kompetisi dan festival kuliner juga berperan penting dalam memacu kreativitas para penjual. Ajang ini menjadi wadah bagi para penjual untuk memamerkan kreasi takjil mereka dan mendapatkan inspirasi dari penjual lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun