Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Triloka"

15 April 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menengok kisah penguasa dalam dunia wayang yaitu Manikmaya, Ismaya dan Antaga. Pada dasarnya mereka bertiga berasal dari satu telur yang dihidupkan oleh Sang Hyang Tunggal penguasa Suralaya. Telur tersebut pecah, bagian kulit menjadi Antaga, bagian putih telur menjadi Ismaya dan bagian kuning telur menjadi Manikmaya. Ketika menginjak dewasa mereka bertiga dipanggil Hyang Tunggal untuk menghadap perlu ingin diserahi tahta Kahyangan Suralaya. Ketiga putra Hyang Tunggal itu sama umur dan tidak ada yang lebih tua, semua pandai dan cerdas, tidak ada yang lebih bodoh. Tak ada yang lebih unggul, semua sama semua rata, sehingga membuat Hyang Tunggal kerepotan memilih siapa yang pantas menggantikan kedudukannya, akhirnya ya hanya diam, tak bicara, tak berkata-kata.

Antaga mengutarakan pendapatnya bahwa yang paling tua adalah dirinya, karena dia adalah kulit yang melindungi isi telur, jadi terlihat paling awal dan paling dulu daripada isinya, artinya dialah yang tertua dan sangat pantas menduduki tahta Suralaya memimpin Manikmaya dan Ismaya.

Ismaya merasa tidak berkenan atas usulan Antaga, karena keberadaan mereka bertiga memang bareng, dan tak seharusnya Antaga berani bilang lebih tua, lantaran dia jadi kulit. Kulit tanpa isi apa guna kulit, mereka itu adalah satu rangkaian, satu kekuatan, satu keselarasan dan tidak ada urutan atau strata.

Antaga merasa pendapatnya dihina, diapun marah dan mengajak bertengkar Ismaya. Malu dianggap cemen, Ismayapun menerima tantangan tersebut. Meskipun telah diperingatkan oleh orang tuanya, tetapi mereka berdua terlanjur beram dan marah, akhirnya mereka melanjutkan pertengkarannya.

Duel dua makhluk, sama hebatnya, akhirnya mereka memutuskan untuk berlomba makan gunung. Antaga yang penuh ambisi langsung saja menelan gunung dan akibatnya mulutnya lebar dan dalam dunia pewayangan sekarang dikenal dengan Togog. Sementara Ismaya lebih menggunakan jurus “sedikit-sedikit lama-lama jadi buki”, gunungpun habis dimakan, sayang dia tidak mampu mengeluarkan gunung yang terlanjur ada di perutnya, akibatnya perutnya melingkar bulat, dan kita sering mengenalnya dengan Semar. Alhasil mereka berdua mendapat murka ayahnya dan diberi tugas di dunia, Togog menjadi punakawan para satriya yang berwatak jelek, dan Semar menjadi punawakan satriya yang berwatak baik. Manikmaya menjadi pewaris tunggal kahyangan Suralaya.

Manikmaya adalah simbol dari alam karamean (pikiran) bisa di bilang Guruloka, sedangkan Ismaya adalah alam pelereman (hati) Janaloka dan Togog adalah simbol alam kasengseman (nafsu) Indraloka. Ketiga unsur ini ada dalam diri kita manusia. Guruloka (alam pikir) bermain dengan logika, dogmatis, keras, dan harus, tidak mudah tergiur oleh pendapat orang lain. Janaloka (alam hati) penuh keinginan, dan Indraloka adalah alam nafsu penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Udah lazim bila orang yang cerdas itu dibilang lebih intelektual, dan banyak orang yang suka jika disebut intelektual, golongan ini cenderung dikuasai oleh orang barat kayaknya, sedangkan yang berdasar keinginan dan pertimbangan adalah orang yang berhati-hati, cenderung pelan bertindak, mungkin itu orang jawa,,,he he he he,,, karena mengidolakan tokoh Semar dan yang lebih ngeri adalah ketika diperbudak oleh nafsu birahi, karena kesengsem dengan kehidupan dunia, lebih mementingkan kepentingan dunia, umum sekali ini sifatnya. Mana yang lebih kuat itulah yang menjadi raja, kadang pikiran, kadang hati dan kadang nafsu. Mari merenung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun