Mohon tunggu...
Juanda Azhari
Juanda Azhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CFDS UGM Bahas Sejarah Aktivisme Digital

8 Februari 2023   09:32 Diperbarui: 8 Februari 2023   09:34 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemaparan Materi oleh Peneliti CfDS, Alfredo Putrawidjoyo pada Diffusion melalui Live Streaming YouTube, Senin (6/1). Tangkapan Layar

BEM Kema FISIP Unhas dan CfDS UGM Bahas Sejarah Aktivisme Digital


Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM Kema FISIP) Unhas bekerja sama dengan Centre for Digital Society Universitas Gajah Mada (CfDS UGM) menyelenggarakan Digital Future Discussion (Diffusion) melalui YouTube Live Streaming, Senin (6/1).

Diskusi ini bertajuk "Petisi Digital: Alternatif Partisipasi Publik Masa Kini". Hadir sebagai pembicara yaitu Peneliti CfDS, Alfredo Putrawidjoyo dan Senior Campaign Strategist Change.org, Elok Faiqotul Mutia. Keduanya telah melakukan riset mengenai topik terkait.

Kegiatan ini dibuka oleh Mahasiswa Hubungan Internasional Unhas, Lusius Kasimirus Aga sebagai moderator. Ia menyampaikan bahwa aktivisme hari ini tidak selalu mengenai turun ke jalan dan berunjuk rasa.

"Dengan masifnya perkembangan digital, hal-hal demikian bisa dilakukan di dunia maya," ucapnya sebagai pembuka.

Pemateri pertama yaitu Alfredo. Ia memaparkan materi mengenai Aktivisme Digital: Sejarah dan Ambivalensi. Alfredo mengungkapkan di Indonesia aktivisme digitalnya banyak ketukan, tetapi tidak banyak dobrakan.

"Banyak yang nge-klik tetapi tidak banyak yang berhasil diterjemahkan sebagai sebuah gerakan massa yang besar," ungkapnya.

Ia juga memaparkan mengenai tiga komponen yang dapat menjadikan aktivisme digital menjadi gerakan politik yaitu kemasan ringan, selera tajuk berita, dan tampilan cuplikan.

"Aktivisme digital yang berhasil biasanya memiliki konten yang dapat dinikmati secara cepat dan tanpa banyak refleksi," jelasnya.

Di akhir kesempatannya, ia memberikan opsi selain media sosial untuk melakukan aktivisme digital seperti petisi online.

Sumber: Identitas Unhas/Zakia Safitri Sijaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun