Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jumlah Wanita Lebih Banyak dari Lelaki di Indonesia?

2 Februari 2021   11:28 Diperbarui: 2 Februari 2021   11:41 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Ah, jumlah wanita kan lebih banyak daripada jumlah laki-laki, jadi tidak apa-apa kalau laki-laki melakukan poligami dibanding di Indonesia, agar para wanita mendapatkan jodoh." Hmmmm sudah berapa banyak kalian mendengar hal seperti ini? Jawabnya tidak hanya sekali dua kali, tapi kalau saya sih sering. Mulai dari orang yang berpendidikan sampai yang tidak. Mulai dari yang sudah tua hingga anak sekolah. Tapi benarkah sekarang kalau jumlah laki laki lebih sedikit dibanding jumlah wanita?

Untuk bisa mengetahui jawabannya kita harus menggunakan data pasti, bukan sekadar katanya dan katanya saja.Mari kita lihat di Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, maka sex ratio di Indonesia adalah 102 , artinya tiap 100 wanita terdapat 102 laki laki. Hmmmmmmm banyakan lelaki bukan? Jadi kalau ada 100 laki-laki yang mendapatkan pasangan ,maka masih tersisa 2 orang yang jomblo. Secara detail, jumlah penduduk laki laki  berdasarkan sensus penduduk (SP) tahun 2020 adalah 137 juta, sementara penduduk wanitanya 133 juta (pembulatan).

Mari kita lhat SP tahun 2010 dan 2000, apakah jumlah penduduk laki laki lebih banyak atau lebih sedikit daripada penduduk wanita? Baik SP tahun 2010 dan 2000 sama sama 101 , artinya setiap 100 wanita terdapat 101 laki laki. DI SP 1990, Sex ratio penduduk di Indonesia masih 99, artinya tiap 100 wanita terdapat 99 laki-laki. Artinya sejak tahun 2000 sebenarnya jumlah laki-laki di Indonesia mulai  lebih banyak dibanding jumlah wanita. Jadi dengan angka statistic seperti ini , sungguh tidak pas kalau kita mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak dari wanita sehingga laki-laki boleh melakukan poligami.

Tapi apakah ini berlaku untuk semua wilayah? Tentu saja tidak, ada propinsi propinsi yang memang SR sangat tinggi lebih banyak wanita, misal di Papua dengan SR 114 dan Kalimantan Utara dengan SR 112 serta Papua Barat dengan SR 111. Sementara propinsi dengan SR yang rendah yaitu Yogyakarta, Sulawesi dan Jawa Timur dengan SR masing-masing 98, 99 dan 100.

Bagaimana dengan komposisi sex ratio di dunia, apakah juga masih banyak laki-laki atau jangan-jangan banyak wanita? Mari kita lihat berdasarkan data menurut UN Espac (betul gak ya nulis source nya ini) tahun 2015 SR di seluruh dunia adalah 983. Artinya setiap 1000 laki-laki terdapat 983 wanita. Peru dipahami bahwa cara membaca Sex ratio (SR) di Indonesia tidak sama dengan di luar negeri . kalau di Indonesia menyebut angka SR adalah 99 artinya tiap 100 wanita terdapat 99 laki-laki. Maka di luar negeri (setidaknya dari yang saya baca dan saya gunakan) itu menggunakan angka 1000 dan mengarah ke 10000 laki-laki, bukan 1000 wanita. Untuk wilayah Asia, terdapat 964 , artinya tiap 1000 laki-laki terdapat 964 wanita. Sementara di benua Afrika memiliki sex ratio 999, artinya tiap 1000 laki-laki terdapat 999 wanita.

Sementara itu , untuk benua yang memiliki jumlah wanita lebih banyak yaitu di Amerika Utara yang memiliki SR 1029, artinya tiap 1000 laki-laki terdapat 1029 wanita. Kemudian Amerika Selatan dan Karibia memiliki SR 1033, artinya tiap 1000 laki-laki terdapat 1033 wanita. Jumlah wanita paling tinggi dipegang oleh benua Eropa dengan SR 1055, artinya tiap 1000 laki-laki terdapat 1055 wanita.

Nah, dengan melihat angka per benua dan di seluruh dunia serta di Indonesia, masih yakinkah kita mengatakan kalau jumlah wanita lebih tinggi dari pria? DI asia jumlah wanita sedikit itu wajar, umumnya masyarakat di Asia, terutama di Asia timur, selatan hingga Asia Barat lebih menginginkan anak laki-laki dibanding perempuan, karena anak laki-laki bisa digunakan untuk meneruskan silsilah keluarga. Ada banyak kisah di media massa, di Tiongkok, bagaimana orangtua akan menggugurkan anaknya kalau mengetahui anak yang dikandungnya adalah anak perempuan (saat kebijakan masih satu anak saja) . kemudian di Asia Selatan dimana perempuan harus memberikan mas kawin bagi keluarga pengantin pria, dianggap memberikan beban bagi keluarga mempelai perempuan.

Di Eropa dan Amerika rata rata lebih banyak anak perempuan, menurut saya karena mereka melihat tidak masalah memiliki anak perempuan ataupun anak laki-laki. Keseteraan gender lebih kerasa. Mereka tidak melihat memiliki anak perempuan posisinya lebih rendah dibanding anak laki-laki. Sangat berbeda dengan masyarakat di Asia yang lebih kuat budaya untuk meneruskan silsilah keluarganya.

Jumlah penduduk pria di Indonesia memang lebih sedikit di Indonesia, ya memang ada pada saat sebelum tahun 2000. Saya pikir itu wajar karena tingkat pendidikan juga tidak setinggi sekarang. Selain itu, kalau suatu negara lebih sejahera, tidak ada peperangan, kondisi damai, maka tentu saja jumlah laki-laki akan menjadi lebih banyak dibanding jumlah laki-laki, karena saat suatu negara sering terjadi konflik, yang sering berperang adalah kaum laki-laki. Makanya kalau ingin jumlah laki-laki lebih sedikit dari kaum wanita maka caranya gampang, terjadi peperangan skala besar, pasti korban jiwa (dalam hal ini kaum lelaki yang menjadi tentara) menjadi besar.

Pertanyaan berikutnya, loh tapi menurut saya jumlah laki laki tetap lebih sedikit daripada jumlah wanita, disekitar saya para wanita dewasa lebih banyak daripada wanita muda. Baik akan saya jawab juga bahwa  berdasarkan usia angka harapan hidup, maka usia harapan hidup lelaki lebih rendah dibanding usia harapan hidup wanita. Jika melihat data kependudukan, maka di usia produktif , jumlah pria memang sedikit lebih banyak dari wanita. Namun, begitu masuk ke usia tidak produktif (diatas 50 tahun setidaknya) komposisinya jauh lebih banyak wanita dibanding laki-laki. Jadi, kalaupun mau menikahi wanita yang melimpah ini, maka yang dinikahi adalah para janda janda yang sudah berusia tua, bukan yang masih muda. Karena di usia muda, komposisi pria lebih banyak daripada perempuan.

Mengapa hal ini penting? Bagi saya sebagai guru social hal ini menjadi penting untuk memberi pemahaman bagi masyarakat awam bahwa mengatakan jumlah laki-laki lebih banyak dibanding jumlah wanita (setidaknya untuk sekarang ini) itu tidak relevan. Karena dengan mengatakan hal seperti itu, selain mengabaikan data statistic, maka juga membuat suatu legitimasi seolah-olah wanita adalah kelompok kelas 2 yang harus nurut dengan tekanan masyarakat dengan ancaman bahwa mereka tidak akan dapat jodoh karena jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun