Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Mendidik Karakter Anak Bangsa

21 Oktober 2016   00:01 Diperbarui: 21 Oktober 2016   00:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam proses belajar mengajar, saya sebagai guru menerangkan materi tentang Pelestarian Lingkungan Hidup. Pada materi ini dibahas juga mengenai Kerusakan Lingkungan Hidup, Salah satu indikator kerusakan lingkungan hidup adalah adanya pencemaran lingkungan. Saya bertanya sama siswa saya, menurut anda apa upaya yang dilakukan dalam  mengurangi pencemaran sungai?  sontak siswa dengan Common Sense nya menjawab tidak membuang sampah di sungai. 

Secara teori memang betul bahwa upaya mengurangi pencemaran sungai ialah dengan tidak membuang sampah disekitar daerah aliran sungai. Saya sebagai Guru Muda memang sudah menganggap para siswa memahami bahwa jawaban siswa tadi sudah benar. Namun apakah pada kenyataan di lapangan masyarakat sudah banyak yang sadar dampak buang sampah di sungai?

Di lingkungan sekolah sering kali saya temui siswa dengan santainya membuang sampah sembarangan. Bahkan buang sampah tidak ditempatnya sudah merupakan kebiasaan sebagian peserta didik. Hal ini bertentangan dengan materi yang saya ajarkan. bahwa untuk menjaga kelestarian lingkungan salah satu upayanya adalah tidak buang sampah sembarangan, karena akibatnya bisa bermacam-maacam. Sebenarnya materi pelajaran ini merupakan suatu pendidikan Karakter yang akan saya terapkan dalam diri siswa. Yaitu bagaimana setiap anak memahami berbagai masalah lingkungan hidup dan apa tindakan nyatanya. Selain itu, karakter yang ditanamkan sebenarnya adalah bagaimana seorang terpelajar itu bersikap ditengah keluarga, masyarakat dan tempat umum, hal ini juga sebagai modal siswa dalam mengembangkan kompetensi sosialnya. Semua hal ini merupakan hal yang sangat perlu untuk diterapkan oleh anak-anak didik kita. Sayangnya antara harapan membangun karakter seperti ini masih jauh diberbagai sekolah saat ini.

Umumnya materi dan metode pembelajaran saat ini hanya sebatas teori saja. Contohnya sejumlah anak disuruh menghafal tentang kebersihan, ketertiban dan bagaimana berperilaku sebagai makhluk sosial. Hal ini mengakibatkan output siswa berupa kompetensi penghapal, bukan sebuah pemahaman berlandaskan karakter. 

Dari fenomena ini maka siswa kita masih jauh dalam kepribadian yang berkarakter. Beberapa sekolah yang saya amati selama masa praktek lapangan dan ditempat saya mengajar sebagai Guru SM-3T, masih jauh dari pendidikan berkarakter. masih sering kita temui sampah berserakan di sekitar sekolah, bahkan walaupun sudah tersedia tempat sampah, namun masih banyak sampah berserakan di sekolah. Bahkan lebih miris lagi, bukan hanya siswa yang buang sampah sembarangan tetapi guru juga sebagian masih ada yang buang sampah sembarangan.

 Fenomena ini merupakan kenyataan yang sering kita hadapi walaupun terkesan masalah sepele. Selain buang sampah di tempatnya, kadang kita temukan juga ada yang buang sampah pada pot bunga. Sebagian guru jika melihat sampah berserakan di lokal, masih ada guru yang hanya cuek. Seharusnya guru mengarahkan anak untuk buang sampah pada temptnya.

 Walaupun pada jam pelajaran kelas dan lingkungan sekolah kotor, tentu saja keesokan harinya sudah kembali bersih, karena sudah dibersihkan oleh petugas kebersihan yang dibayar oleh sekolah. Nah pada kenyataan seperti ini, karakter seperti apa yang ditanamkan pada anak didik kita? bisa jadi anggapan siswa tidak ada masalah buang sampah sembarangan, karena sekolah sudah ada petugas kebersihannya. Untuk apa petugas kebersihan kalau tidak ada yang mau dibersihkan! Mungkin karakter seperti inilah yang ada dibenak sebagian masyarakat kita. Anggapan seperti ini sungguh jauh dari makna pendidikan berkarakter suatu bangsa. Dimana pendidikan ini akan mempengaruhi kepribadian seseorang untuk kedepannya.

Begitu juga dengan selesainya pembelajaran, sering saya menemui lampu listrik, kipas angin yang masih masih menyala. Saya ingatkan para siswa untuk mematikan lampu dan kipas. tetapi keesokan harinya kembali seperti semula.

Masalah lain dari pendidikan kita adalah, masih banyak kita temukan para Guru yang tidak berkarakter. Sebagian tenaga pendidik juga masih ada yang buang sampah sembarangan, bahkan masih ada yang melanggar rambu-rambu lalulintas dan ketertiban di tempat umum. Dengan karakter guru seperti ini, maka tidak dapat menerapkan nilai-nilai karakter terhadap para siswa. Seolah-olah para guru juga merasa sukses mendidik para peserta didik dengan penguasaan materi, menghapal dan menuangkan hasil hafalan tadi ke kertas ujian.

Fenomena lainnya adalah bagaimana mencapai target dalam suatu materi pelajaran yang sedang di ikuti? dalam berbagai ujian para siswa biasanya setelah ujian dan mendapatkan nilai baik, seolah-olah keberhasilan seorang guru. Yang hanya dapat menilai dari segi kemampuan kognitif saja, dan belum tentu deimbang dengan kemampuan afektif dan psikomotor. Jadi nilai karakter yang tercapai hanya nilai karakter tertulis

Nah, bagaimana kita mengubah karakter seperti ini? Kita tidak harus mengganti kurikulum kita, karena kurikulum itu tidak selalu berdampak signifikan terhadap kemajuan karakter bangsa kita. Kurikulum hanya sebatas administratif di kertas saja. Bahkan ada rumor bahwa ganti menteri akan diganti kurikulum. Hal yang urgen untuk diterapkan adalah pendidikan karakter anak bangsa sedini mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun