Berselancar di dunia maya khususnya di group-group jejaring sosial para simpatisan RMS (Republik Maluku Selatan) semakin mengerutkan kening kepala saja, insiden di Ambon kemarin (15/5) saat berlangsungnya peringatan Hari Pattimura Ke-195 dijadikan sebagai bahan propaganda oleh mereka yang anti Indonesia.
Salah satu wacana yang diusung oleh para provokator RMS adalah “Perayaan Hari Pattimura Akan Dihapuskan di Bumi Maluku”. Padahal kita semua mengetahui bahwa filosofi peringatan Hari Pattimura adalah untuk mengenang perjuangan Pattimura melawan penjajah Belanda. Jika perayaan tersebut dihapuskan, maka generasi muda Maluku mendatang tidak mengetahui lagi siapa kawan dan siapa lawan.
Sebaliknya Pemerintah RMS di pengasingan (Belanda) justru memperingati hari kematianDr. Chr. RS. Soumokildengan menggelar “Walk 4 Maluku” dan “Peringatan Ride Out” daripada merayakan hari pahlawan bangsa Alifuru, Thomas Matulessy atau lebih dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura.
Satu hal yang pasti dan tidak dapat ditawar lagi bahwa bahwa Soumokil tidak bisa disandingkan atau disejajarkan dengan Kapitan Pattimura yang merupakan pahlawan sejati bangsa Alifuru sehingga peringatan “Obor Pattimura” tidak boleh dihapuskan di bumi Maluku, karena itu adalah identitas kita sebagai bangsa yang besar.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”.
[caption id="attachment_188816" align="aligncenter" width="526" caption="(flickr/ismanuputty)"][/caption]
Sehingga sudah sewajarnya jika aparat keamanan menangkapi para provokator yang menyerukan dihapuskannya perayaan Hari Pattimura di bumi Maluku dengan tujuan agar generasi muda Maluku melupakan semangat perjuangan pahlawan sejatinya.