Mohon tunggu...
jovian pras
jovian pras Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buruknya Konflik SARA

1 Desember 2018   22:07 Diperbarui: 1 Desember 2018   22:09 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan sehari -- hari, mungkin kita sering melakukan konflik terhadap entah itu dengan sesama ataupun orang lain.  Konflik adalah bentuk semacam pertikaian yang dilakukan oleh lebih dari satu orang yang disebabkan oleh kesalah pahaman dan saling ketidak mengertian antar individu. Konflik itu bisa berawal dari hal yang kecil namun dapat menyebabkan menjadi hal yang besar. Kita tidak pernah sadar jika konflik sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita.

Indonesia memiliki banyak sekali suku, agama, dan ras yang beragam. Namun karena itulah kita sering mendengar kasus konflik yang sangat beragam dari mulai konflik antar suku hingga antar negara. Konflik yang terjadi di Indonesia banyak yang bisa diselesaikan dengan cepat namun juga ada yang kian lama kian memburuk hingga belum terselesaikan. Hal ini dapat terjadi karena rakyat Indonesia belum dapat mengilhami sila -- sila yang tercantum pada Pancasila sebagai dasar negara kita, terutama sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia.

Konflik di Indonesia dapat menyebabkan perpecahan di dalam negara maupun hubungan antar negara. Jika dilihat dalam segi di dalam negara, banyak konflik yang berdasarkan SARA. Salah satu faktor penyebab kasus konflik di dalam negara yaitu pola pikir setiap individu yang melahirkan perbedaan pendapat. Adapun sikap yang negatif yang juga menjadi faktor penyebab yaitu etnosentrisme. Etnosentrisme adalah salah satu faktor penyebab dengan bentuk sikap suku yang menganggap sukunya lebih tinggi daripada suku lainnya.

Salah satu konflik di dalam negara Indonesia yang akan saya bahas yang menjadi bukti otentik y terjadinya konflik SARA yaitu kita tahu dulu pernah terjadi konflik antara Suku Dayak dan Suku Madura pada tahun 2001 yang dimana penyebabnya adalah Suku Madura yang menyebabkan Suku Dayak dengan cara mendesak Suku Dayak di wilayahnya sendiri sedangkan Suku Madura hanya sebagai imigran. Di sini kita tahu dengan penyebab ini gimana tidak marah jika wilayahnya sendiri diambil alih oleh pendatang. Karena perilaku Suku Madura ini dapat menimbulkan suatu perpecahan hingga terjadi pembunuhan di dalam negara sendiri.

Dengan kasus yang sudah cukup lama ini kita tahu bahwa Indonesia dengan keberagaman suku tidak selamanya dianggap positif namun dapat membentuk suatu konflik yang berakhir perpecahan. Perpecahan disini bertentangan dengan sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Kenapa dibilang bertentangan? Karena sila ketiga ini jika diaplikasikan ke kebiasaan kita sehari -- hari seharusnya membina dan menjaga persatuan dan kesatuan bukan membuat perpecahan dan lebih parah lagi jika nantinya akan lepas dari Indonesia.

Di tahun 2018 ini kerap kali konflik yang sering terjadi seperti konflik agama salah satunya. Konflik agama ini sangat sering terjadi dikarenakan salah satunya yaitu diskriminasi agama minoritas oleh agama mayoritas dan juga dikarenakan pemerintah kerap mempersulit pembangunan fasilitas agama.

Menurut saya, konflik SARA yang ada di Indonesia dari dulu hingga sekarang tidak lah seharusnya terjadi karena mengingat para pendiri bangsa sudah bersusah payah membangun negara ini dan membentuk menjadi NKRI. Jadi setiap orang seharusnya sadar pentingnya menjaga negara ini agar tidak terjadi suatu perpecahan dan selalu menjaga perbedaan agar setiap perbedaan atau keberagaman ini menjadi hal yang positif dengan mengenalkan ke luar negeri jika Indonesia memiliki keberagaman yang amat banyak. Di lain sisi pemerintah seharusnya lebih tegas dan tidak mempersulit sebagaimana semestinya menghargai suatu perbedaan dengan tidak mendiskriminasi minoritas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun