Mohon tunggu...
Jovan.A.R.
Jovan.A.R. Mohon Tunggu... S1 Ilmu Sejarah UI

Anak Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Apakah Manchester United (MU) akan Berakhir Seperti Hamburger SV dan FC Schalke 04?

29 September 2025   13:09 Diperbarui: 29 September 2025   14:29 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Markas Manchester United, Old Trafford (Sumber: Pinterest)

Jika anda adalah orang baru mengenal sepak bola, mungkin anda tidak akan percaya kalau Manchester United (MU) memiliki jumlahj gelar liga yang sama dengan Liverpool, juara Premier League terbaru. Penggemar sepak bola yang baru semakin bingung untuk mencerna informasi bahwa tim yang finis di posisi 15 di musim sebelumnya adalah tim yang juga pernah merajai Inggris, bahkan pernah tiga kali menaklukan Eropa. Tidak bisa dipungkiri bahwa Manchester United yang sekarang bukan Manchester United dulu yang tangguh dan disegani. 

Selama 11 tahun sejak tahun 2013, menyebut MU sebagai tim papan bawah adalah hal yang kurang tepat. Pertama, mereka memang tidak lagi pernah menang liga, namun kompetisi seperti Carabao Cup dan FA Cup telah beberapa kali dimenangkan oleh The Red Devils. Bahkan di tahun 2017, MU yang dikomandani oleh Jose Mourinho, berhasil menoreh piala Europa League pertama mereka. Namun, puasa gelar liga yang lama memang mempengaruhi mentalitas MU. Dibandingkan dengan rival mereka yang serius dalam mengejar piala Premier League, yakni Man City dan Liverpool, MU adalah tim yang sangat tidak konsisten. Baik Man City dan Liverpool, keduanya mampu tampil sangat impresif dalam satu musim. Bahkan di tahun 2019, Manchester City memenangkan liga dengan 98 poin, mengakibatkan Liverpool yang pada musim yang sama telah mengumpulkan 97 poin, hanya bisa duduk di kursi runner-up. Kini, kedua tim adalah kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada 2023, Manchester City berhasil menjuarai UCL sekaligus mengikuti jejak rival sekotanya sebagai tim pemenang Treble. Selain itu, bukanlah hal yang salah jika menyebut City sebagai tim terbaik di kota Manchester dalam satu dekade terakhir. Sejak tahun 2014, MU tidak pernah finis di atas Manchester City. Lalu tentang Liverpool, pada tahun 2020, mereka berhasil membungkam cemooh dengan mengakhiri puasa gelar liga mereka selama tiga dekade. Ketika Jurgen Klopp, arsitek kebangkitan Liverpool, tidak lagi melatih, Liverpool tetap kokoh di bawah pelatih baru, Arne Slot. Hal tersebut terbukti dengan gelar Premier League Liverpool ke-20 di tahun ini.

Permasalahan MU juga tidak lepas dari permasalahan di internal Manchester United. Dari tahun 1986 hingga 2013, hanya satu orang yang melatih MU, Sir Alex Ferguson. Berbeda setelah pensiunnya Ferguson, MU sering berganti pelatih, dari David Moyes hingga Ruben Amorim. Ego pemain dan konflik di dalam ruang ganti turut memperburuk klub tersebut. Di masa Ferguson, pemain yang bermasalah dapat dipinggirkan, bahkan dijual ke klub lain seperti David Beckham. Saat ini, pelatih bisa kehilangan pekerjaan karena konflik dengan pemain. Penggemar Manchester United juga menyalahkan manajemen yang buruk, terkhususnya pemilik klub sebelumnya, keluarga Glazer. Pergantian pemilik dari Glazer ke Jim Ratcliffe juga tidak membawa perubahan yang berarti. Malah, Ratcliffe menyulut amarah dari penggemar dengan kebijakannya seperti PHK massal dan menaikan harga tiket. 

Tahun ini, MU telah jatuh ke dalam jurang ketidakpastian. Sekarang, persaingan di liga Inggris semakin ketat. Tim-tim lain mulai tampil lebih konsisten dan tidak sedikit dari tim luar Big Six yang sudah mengeluarkan jutaan. Tidak bisa dipungkiri jika ekspektasi dari penggemar terhadap The Red Devils menurun drastis. Kini, lebih banyak orang percaya MU akan terdegradasi daripada memenangkan liga. Pandangan tersebut bukanlah sebuah bentuk pesimisme apabila anda juga mengikuti liga Jerman, Bundesliga.

Pada tahun 2018 Hamburger SV atau lebih dikenal sebagai Hamburg, harus menelan pil pahit bernama degradasi. The Dinosaur tidak bisa lagi bangga sebagai tim Bundesliga yang tidak pernah turun kasta. Pada sisi lain, kejatuhan mereka bukanlah hal yang mengejutkan sebab selama beberapa tahun terakhir sebelum degradasi, Hamburg selalu ngos-ngosan di liga. Saat ini, Der Dinosaurier masih terjebak di fase medioker. Perlu waktu tujuh tahun bagi Hamburg untuk naik kasta dan sekarang, target mereka yang paling realistis adalah bertahan di Bundesliga. Realita tersebut menjadi semacam perbadingan yang tajam sebab dulu, Hamburg adalah tim yang kuat. Hamburg telah beberapa kali memenangkan Bundesliga dan The Dinosaur adalah satu dari tiga tim Jerman (Bayern Munich dan Borussia Dortmund) yang pernah memenangkan UCL.

 Apa yang terjadi dengan Hamburg juga terjadi dengan FC Schalke 04. Bundesliga tanpa Schalke terasa kurang. Selain karena Die Knappen banyak menghasilkan pemain hebat untuk Timnas Jerman, Schalke adalah rival abadi Borussia Dortmund, yang berarti menambah bumbu dalam dunia sepak bola Jerman. Kejatuhan Schalke lebih menyakitkan dibandingkan dengan Hamburg. Schalke terkena relegasi di tahun 2021 atau dua tahun setelah mereka bermain di UCL. Mereka sempat kembali ke Bundesliga di tahun berikutnya, namun hanya bermain untuk satu musim. Selama dua musim terakhir, Schalke hanya mampu selesai di papan tengah akibat permasalahan manajemen yang serius. 

Kembali ke liga Inggris, situasi di lingkungan MU penuh rasa putus asa. Para pemain kesulitan untuk memenangkan pertandingan, penggemar sering dikecewakan tiap minggu, dan MU hanyalah sebuah lelucon di kalangan penggemar sepak bola. Relegasi bukanlah solusi yang manjur. Selain sudah pasti kehilangan pemain penting, persaingan di Championship (kasta kedua liga Inggris) juga tidak mudah, bahkan ada yang menyebut Championship lebih kompetitif dibandingkan Premier League. Kita tidak bisa memvonis MU akan relegasi karena musim masih panjang dan sepak bola itu kadang mengejutkan. Pertanyaanya adalah apakah kita akan terkejut melihat perkembangan MU yang drastis atau MU yang akan mengikuti jejak Hamburg dan Schalke.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun