Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya, Orang Kristen yang Lebaran

22 Mei 2020   10:45 Diperbarui: 22 Mei 2020   17:04 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar : www.hipwee.com

Tidak terasa, hari raya Idul Fitri sudah di depan mata. Setelah 1 bulan penuh berpuasa, umat islam di seluruh dunia akan merayakan hari kemenangan, tak terkecuali muslim di Indonesia.

Tetapi lebaran kali ini akan menjadi lebaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lebaran yang identik dengan mudik & silaturahmi, kini harus dirayakan dengan jaga jarak dan di rumah saja. Kehangatan yang biasanya terasa di momentum hari raya, kini harus diganti dengan silaturahmi online.

Saya adalah seorang kristen yang turut menantikan hari raya Idul Fitri. Berlebaran di kota kecil tempat kelahiran saya Selatpanjang, adalah suasana yang sangat saya nantikan. Suasana yang tak lagi saya rasakan sejak tinggal dan menetap di kota Pekanbaru.

Ada 4 hal yang sangat membekas saat ikut merayakan lebaran di kota kelahiran.

lampu-colok-5ec74955097f363e4f61b104.jpg
lampu-colok-5ec74955097f363e4f61b104.jpg
Ilustrasi Gambar : riaulink.com/

#1 Jalan-jalan saat malam 'Pitu Likur'

Malam 'Pitu Likur' berarti malam ke dua puluh tujuh di bulan puasa. Karena sebagian besar tetangga bersuku jawa, istilah 'pitu likur' ini lebih familiar bagi saya.

Sebelum malam 'pitu likur' tiba, para pemuda menghimpun dana dari masyarakat untuk membuat miniatur mesjid atau gapura di persimpangan jalan. Bahan dasarnya adalah kayu broti, papan triplek, cat, kertas minyak berwarna-warni, lampu hias dan "uplik'.

'Uplik' adalah sejenis lampu colok yang dibuat dari kaleng atau botol bekas. Jauh hari sebelum malam 'pitu likur' tiba, para pemuda telah mengumpulkan kaleng dan botol bekas untuk dibuat 'uplik'. Tak hanya para pemuda, anak-anak dari setiap rumah pun turut membuat 'uplik' untuk dipasang di depan rumah sebagai penerang jalan, termasuk saya.

Saat malam 'pitu likur' tiba, jalanan menjadi sangat ramai, terang dan indah karena tampilan miniatur di persimpangan jalan. Semua warga akan keluar rumah menikmati keindahan malam 'pitu likur' ini. Saya dan keluarga pun tak ketinggalan meramaikan suasana malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun