Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarno Putri tampaknya terpaksa mulai turun gunung untuk menggalang dukungan terhadap Ahok-Djarot. Tampaknya, Megawati mulai mengkhawatirkan situasi dukungan terhadap paslonnya yang mandek bahkan cenderung surut.
Hari ini, Megawati datang ke Rumah Lembang, rumah pemenangan Ahok-Djarot di Menteng, Jakarta Pusat. Seperti biasa, Megawati mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pidato kepada para hadirin yang datang ke Rumah Lembang. https://news.detik.com/berita/d-3447468/megawati-minta-ibu-ibu-lebih-cerewet-kampanyekan-ahok-djarot?_ga=1.71246994.306814671.1484707261
Sebagai ketua partai yang paling depan mendukung Ahok-Djarot, Megawati tentu punya harapan supaya paslonnya mendapat dukungan seluas-luasnya untuk memenangkan kompetisi perebutan kursi gubernur dan wakil gubernur di DKI Jakarta.
Megawati mencoba menyematai para ibu yang hadir di Rumah Lembang supaya lebih cerewet mengkampanyekan Ahok-Djarot. Seruan Megawati terhadap kaum ibu-ibu memang tepat, karena mereka pada dasarnya sumber suara yang paling strategis. Namun, Megawati tidak sadar betapa susahnya mengkampanyekan Ahok di tengah masyarakat.
Kesulitan mengkampanyekan Ahok disebabkan dua hal. Pertama, resistensi kepada Ahok sudah terlanjur meluas di masyarakat sehingga mengkampanyekan Ahok sama artinya dengan bersedia menjadi objek resistensi. Kedua, tidak banyak yang bisa dikampanyekan mengenai Ahok. Meski tingkat kepuasaan terhadap kinerja Ahok selama menjadi gubernur di DKI Jakarta terbilang tinggi, tapi karena sikap dan tingkah lakunya yang tidak mencerminkan seorang pemimpin, maka ibu-ibu juga kesulitan mengajak orang lain mendukung Ahok. Ibarat tukang rias, Ahok terlalu jelek, sehingga di make up secanggih apa pun, tidak akan bisa membuatnya menjadi tambah menarik.
Karena itu, meski Megawati mengajak ibu-ibu untuk menggiatkan dukungan terhadap Ahok-Djarot, seruan tersebut akan tetap mentah. Sebab, masyarakat sudah terlanjur tidak suka terhadap Ahok. Apalagi, dukungan terhadap pasangan calon pesaing Ahok-Djarot, yakni Anies-Sandi terus mengalir, baik dari partai politik, organisasi masyarakat, maupun tokoh masyarakat.