Mohon tunggu...
Joni MN
Joni MN Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi

Pengkaji dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

=Baik=

10 Juni 2020   02:42 Diperbarui: 10 Juni 2020   03:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kebaikan tidak pernah menjadi kebaikan, jika ditindakan dengan cara yang tidak baik"

Hidup jika kita kembalikan kepada hakikatnya manusia yang sebenar-benarnya dan lebih-lebih jika kita kembalikan pada hakikat hamba Allah serta tujuannya, maka hidup dan diri ini bukanlah hanya untuk berjuang mati-matian menjadi siapa yang terbaik dan yang lebih baik. Karena hal yang terpenting di dalam praktik berkehidupan ini hanyalah bagaimana caranya bisa berbagi tentang kebaikan kepada sesama.

Tentu untuk memberlakukan hal tersebut di atas tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Karena untuk dapat berbagi kebaikan tersebut tentu yang pertama adalah mengembalikan jiwa, pikiran dan hati kepada sebenar-benarnya diri bagaimana seharusnya hamba Allah itu dalam berperilaku dan bertindak.

Menjadikan diri untuk menjadi baik mungkin konsefnya tidaklah seberat ketika berbagi kebaikan kepada sesama mahluk. Karena tidak jarang kebaikan yang dilakukam dibalas dengan ketidak baikan. Dan, untuk menjadikan diri menjadi baik sebenarnya cukuplah meninggalkan hal-hal yang tidak baik atau meninggalkan yang jelek-jelek, terutama najis batin yang ada di dalam diri.

Jadi, jika najis batin atau perilaku yang jelek-jelek itu sudah ditinggalkan dan sudah dijauhi pasti diri sudah menjadi baik. Kebaikan itu letaknya bukanlah pada mahal dan indahnya pakaian serta bukanlah terletak pada struktur tatanan berbahasa yang apik, untuk apa tatanan bahasanya benar sudah sesuai grammar, namun bahasanya melukai hati dan perasaan orang, lebih daripada itu, yakni yang sangat penting adalah terletak pada nilai utama di dalam diri pribadi seseorang tersebut, yaitu ada pada hati, hati dan hati, jiwa, perasaan serta pikiran hamba itu sendiri. 

Kenapa sebutan hati diulang sampai tiga kali, karena jika hati itu baik, maka baiklah semuanya termasuk perbuatan, pikiran, sikap dan perilaku serta tindakannya pasti baik.

Kebaikan yang terbangun di dalam diri itu ternyata belum cukup untuk menjadikan diri lebih baik, namun harus diimbangi dengan perilaku saling berbagi kebaikan kepada sesama. 

Tolak ukur kebaikan tersebut adalah ada di dalam konsep Islam, yakni jauhi dari sipat atau perilaku keji dan mungkar, kemudian "berate suci - murib benar - mate suci" (Memiliki hati yang suci, hidup benar/ baik dan mati pun suci). Selebihnya, kebaikan itu baru bisa menjadi bernilai baik jika sudah mengikuti konsep dan norma-norma agama dan adat yang ada.

Seperti yang ada di dalam konsep norma adat suku Gayo tersebut di atas, mereka dari konteks ini mereka sudah memiliki patrun hidup yang beradat yang kental dan sangat dekat kaitannya dengan konsep agama (Islam). 

Untuk kedua konsep tersebut agar dapat berjalan dengan maksimal tentu harus berjalan secara bersamaan. Jika, sudah bersamaan dan saling berbagi kebaikan, toleransi dan saling harga-menghargai antara sesama serta tidak saling merusak ini sudah dapat dijuluki dengam sebutan "baik".

Dalam konteks ini sebagai alat kontrol untuk mengetahui sudah berbagi kebaikan atau belum, dan ketika sudah menjalankan konsep agama (islam) dan konsep adat yang dijalankan sudah sesuai dengan formula yang ada. Kedua unsur inilah yang dapat menjadikan diri menjadi nilai baik dan melahirkan kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun