Mohon tunggu...
Harjuni
Harjuni Mohon Tunggu... Nahkoda - Talk less do more

"Tan hana wighna tan sirna; tiada rintangan yang tak dapat dilalui."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beda Kerangka Berpikir yang Dibentuk Antara Dogma dan Filsafat

15 April 2017   19:41 Diperbarui: 16 April 2017   06:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana cara orang itu berpikir yah tergantung dari apa yang membangun kerangka berpikirnya, ada orang yang kerangka berpikirnya di bangun oleh doktrin dan dogma, jadi dalam memahami agama yah dia nerima-nerima saja, atau yahh apa kata ustad ajalah...jadi memahami agama lebih kaku, reaksioner, terlalu takut memakai akalnya dalam memahami agama terlebih jika itu sudah berbicara perihal ketuhanan, baginya menyeret-nyeret Tuhan kedalam ruang operasi bedah pengetahuan adalah hal yang tabu, katanya akal itu penuh keterbatasan… bahkan lucunya semua pengetahuan harus merujuk pada teks-teks suci, jadi bagi mereka seorang ilmuan itu bukanlah scientist tapi adalah ahli bahasa, dan ilmuan harus tunduk pada tafsir ahli bahasa kitab suci…

ada juga orang yang kerangka berpikirnya dibangun dari filsafat, artinya orang itu akan memahami agama dengan kaidah-kaidah berpikir yang tertib, bebas, kritis, logic, menyeluruh, dan penuh dengan perenungan yang panjang…berbeda dengan kelompok yang pertama, kelompok yang kedua ini lebih realistis, lebih terbuka dalam berpikir, mereka tidak segan-segan membicarakan konsep-konsep ketuhanan dan eksistensinya, mereka tidak segan-segan memprotes ajaran agama yang bertentangan dengan zaman dan nilai-nilai yang universal…

 bagi mereka agama adalah kitab suci dan selebihnya adalah ilmu agama, semua adalah hasil pemikiran yang datang dari penafsiran manusia (ulama), jadi ilmu agama bisa dimasukkan dalam kajian ilmu, bisa di rubah, bisa di kembangkan, bisa di protes dan bisa di telanjangi, seperti halnya tafsir, consensus ulama, pendapat-pendapat mazhab dan sebagainya,… sebagaimana yang lain mereka juga adalah muslim yang taat, cinta kepada Allah yang maha esa sholat, puasa, mengerjakan rukun iman dan islam, mengerjakan semuanya mungkin lebih taat dari yang lain, karena semua itu adalah bersifat ketundukan/ritual, tapi soal pemikiran dalam ilmu agama yang banyak berbeda dari yang lain, dari doktrin-doktrin yang sudah lazim, yahhh itu adalah paham mereka, hak mereka…

 bagi mereka akal adalah anugerah Tuhan yang tidak boleh di anggurin, kemerdekaan berpikir adalah hak yang asasi, sebenarnya mereka juga sadar bahwa akal itu memiliki keterbatasan dan bergantung dari luar dirinya, tapi siapa yang tahu sejauh mana batas kemampuan akal itu?? memang tidak bisa mencerap Dzat Tuhan, tapi setidaknya kan ia bisa menjelaskan eksistensi-Nya?? Yahh kelompok kedua ini juga tidak mudah menyerah dalam berpikir…

 dalam Islam sendiri memiliki begitu banyak kekayaan khazanah pemikiran dari zaman klasik hingga modern sekarang ini, tapi sayang mereka selalu di tekan, di diskreditkan oleh ulama-ulama ortodoks yang fundamentalis dan konservatif yang sekarang masih menjadi favorit, yang masih sangat berpengaruh & berkuasa… kadang diperlakukan dengan sangat tidak wajar, di sesatkan, dikafirkan, dan tentu sangat sedih mendengar semua itu…


 sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, saya pun adalah salah seorang yang kerangka berpikirnya termasuk dalam golongan yang saya sebutkan terakhir,
 walaupun background pendidikan saya adalah ilmu pelayaran, namun saya sudah belajar filsafat sejak SMA, dengan filsafatlah saya menemukan Islam yang rahmatan lil alamin, dengan filsafatlah saya menemukan bahwa Allah itu adalah Tuhan semesta alam, saya sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberiku jalan seperti ini… saya sendiri sanggup berdebat siang-malam dengan siapapun jika ada yang mempertanyakan kebenaran Islam…sayangnya saja masih ada saja orang yang mengharamkan filsafat…

 hingga dewasa sekarang ini, saya memilki pandangan yang saya pikir itu cukup banyak bertentatangan dengan dokrin agama yang sudah mainstream..,yahh mungkin cukup sebagai bahan bagi seorang yang dibesarkan oleh dogma-dogma untuk mencap saya kafir, sebagaimana semua itu juga dulu pernah mengguncang saya …,
 dan saya pikir sekarang ini sesekali orang-orang itu juga harus di berikan injeksi, shock therapy, dalam keber-Agama-annya yang tenang-tenang itu…sebagai inspirasi lebih berpikir, biar balance…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun