Mohon tunggu...
吳明源 (Jonathan Calvin)
吳明源 (Jonathan Calvin) Mohon Tunggu... Administrasi - Pencerita berdasar fakta

Cerita berdasar fakta dan fenomena yang masih hangat diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salahkah Kitab Suci Sama dengan Fiksi?

27 April 2018   11:37 Diperbarui: 27 April 2018   11:55 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://news.detik.com

Baru-baru ini, Indonesia kembali dihebohkan dengan kalimat yang dilontarkan dari Rocky Gerung yang menyebut kitab suci adalah fiksi. Seketika, rakyat Indonesia pun langsung terhentak akan kalimat tersebut. Namun, apabila dilihat lebih lanjut benarkah kitab suci itu fiksi? Seperti diketahui, beberapa orang yang melaporkan Rocky Gerung melaporkannya atas dasar pasal pelecehan agama.

Apabila kita runut ke belakang, dari asalnya, agama merupakan salah satu bagian sistem kepercayaan memang merupakan fiksi. Seperti diketahui, sebelum terbentuknya agama, masyarakat sejak zaman prasejarah lebih banyak menganut pada kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme berasal dari Bahasa Latin anima yang berarti jiwa ataupun nafas, dimana nafas tersebut diyakini berada pada semua objek benda termasuk benda mati. Jiwa tersebut diyakini sebagai jiwa yang telah mati dan berbagai kumpulannya disebut universal.

Menurut penjelasan Ahli Antropologi, Sir Edward Burnett, praktik animisme masih dilakukan hingga saat ini bahkan dalam buku "Primitive Culture", ia mengungkapkan jiwa ataupun nafas itulah yang dapat membentuk hidup manusia dan menurutnya tidak hanya berlaku untuk manusia, namun juga seluruh mahluk di alam semesta. Bagi para penganut animisme, segala doa; persembahan yang mereka lakukan terhadap jiwa-jiwa tersebut semata-mata untuk memohon berkat atas hidupnya.

Apabila ditelaah lebih lanjut, memang sistem kepercayaan berawal dari cerita turun temurun dan dipercayai secara masif. Seperti layaknya, animisme yang berawal dari cerita turun temurun, namun apakah cerita tersebut seluruhnya dapat dibuktikan secara ilmiah? belum tentu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiksi diartikan sebagai cerita rekaan, khayalan, dan tidak berdasar kenyataan. Sedangkan menurut Kamus Merriam Webster, animisme (animism) digambarkan sebagai doktrin yang menjelaskan prinsip penting dalam penyusun kehidupan adalah jiwa non-material. Lantas, apakah doktrin yang diberikan secara keseluruhan adalah telah teruji? Bahkan Kamus Cambridge juga menjelaskan arti dari animisme adalah kepercayaan terhadap semua benda di alam memiliki jiwa dan berpengaruh terhadap kegiatan manusia.

Lantas, apakah salah disebut kitab suci = fiksi?

Menurut saya tidak jika kita meruntutkannya dari masa lalu, karena memang seluruhnya berasal dari cerita dan kisah yang diceritakan turun-temurun dan diakui kebenarannya secara masif. Untuk mengetahui kebenarannya, masih ada pengujian lebih lanjut secara keseluruhannya.

Lantas, apakah salah jika kita mempercayai kitab suci?

Tidak ada yang salah selama kita mempercayai apa yang kita anggap benar dan baik untuk kita seperti lagu Iwan Fals

"Masalah moral masalah akhlak biar kami cari sendiri"

"Urus saja moralmu urus saja akhlakmu"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun