Di waktu sekarang, kegiatan pemeriksaan darah di Indonesia hanya digunakan sebatas untuk mengetahui golongan darah beserta rhesusnya. Namun, di masa yang mendatang, kegiatan pemeriksaan darah dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk mendeteksi 8 jenis kanker dan gejala gegar otak, dan autisme.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dengan melibatkan 38 anak yang mengalami autisme dan 31 anak yang tidak mengalam autisme. Penelitian ini dapat mengidentifikasi secara tepat 92% anak yang mengidap autisme dan 84% yang tidak mengidap autisme. Seperti diketahui, seseorang pengidap autisme mengalami gangguan terutama dalam hal interaksi sosial dan berkomunikasi.
Gejala yang dialami seorang penyandang autisme antara lain : gangguan dalam berbicara, gelisah, hiperaktif. Menurut peneliti, terjadinya autisme salah satunya disebabkan oleh kerusakan protein dalam plasma darah. Untuk itu, cara menguji seseorang yang mengidap autisme dengan menguji kandungan protein dalam plasma darah, dimana seseorang yang mengidap autisme dalam darahnya banyak mengandung dityrosine dan advanced glycation end-products (AGEs)(gula yang termodifikasi).
Hampir sama dengan objek penelitian autisme, untuk mendeteksi apakah seseorang mengalami gegar otak juga dapat dilakukan dengan mengukur banyaknya protein UCH-L1 (Ubiquitin Carboxy-Terminal Hydrolase-L-1 dan GFAP (Glial Fibrillary Acidic Protein) yang dikeluarkan oleh otak menuju darah setelah kepala mengalami luka benturan. Kedua protein tersebut dapat dideteksi tepatnya 12 jam setelah mengalami luka dan hasilnya baru keluar 3 hingga 4 jam kemudian. Cara pendeteksian ini biasa disebut Banyan Brain Trauma Indicator.
"Bagi para peneliti, penemuan ini menjadi sangat penting karena gejala gegar otak sangat sulit untuk didiagnosa. Kesulitan diagnosa gegar otak dikarenakan masing-masing orang mengalami gejala yang berbeda. Memang, saat ini untuk mendeteksi gegar otak telah digunakan skala neurology dan CT (computed tomography) scandi bagian kepala namun tidak semua gejala gegar otak dapat dideteksi oleh kedua metode tersebut" seperti diungkapkan William Barr (Direktur Neuropsikologi di New York University Langone Medical Center)
Manfaat lain pemeriksaan darah adalah untuk mendeteksi adanya kanker. Dengan teknologi yang dinamakan CancerSEEK, adanya kanker dapat diketahui dari DNA dan protein yang dikeluarkan oleh sel kanker menuju aliran darah. Teknologi ini dapat mendeteksi berbagai macam kanker seperti kanker sel telur (ovarium), kanker liver, kanker perut, kanker pankreas, kanker kerongkongan, kanker usus, kanker payudara.
Kelebihan lainnya dari CancerSEEK adalah dapat mendeteksi adanya kanker bahkan sebelum tumbuhnya kanker itu sendiri, keuntungan ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan pencegahan agak kanker tidak tumbuh.
Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Seperti diketahui, sebelum tumbuh menjadi sebuah kanker tentunya akan tumbuh dalam bentuk tumor yang berukuran kecil. Pertumbuhan tumor yang membesar juga mengeluarkan DNA yang telah termutasi dan protein ke darah. DNA yang telah termutasi memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan bentuk DNA normal. CancerSEEK sangat sensitif untuk mendeteksi adanya kanker, hal ini terbukti dari kemampuannya yang dapat mendeteksi 1 fragmen DNA yang termutasi diantara 10.000 fragmen DNA normal lainnya.
