Mohon tunggu...
Frumentius Jonathan Mac Sosa
Frumentius Jonathan Mac Sosa Mohon Tunggu... Supir - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki hobi public speaking dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit Mengenal Street Food Plengkung Community

11 Juni 2022   11:45 Diperbarui: 11 Juni 2022   18:14 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi

Di Kota Magelang, Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Pierre Tendean yang merupakan jalan penghubung dua jalan protokol utama Kota Magelang yakni jalan Ahmad Yani dan Jalan Pahlawan, terdapat objek atau situs bersejarah peninggalan zaman kolonial yaitu terowongan Plengkung. Terowongan ini menjadi salah satu ikon sejarah dari banyaknya ikon sejarah di Kota Magelang yang tentu, menjadi pusat perhatian banyak turis atau pendatang yang mengunjungi atau sekedar singgah di Kota Magelang. Di jalan ini pula, terdapat sekelompok pedagang makanan kaki lima atau streetfood yang berjualan beraneka jenis makanan dan minuman yang tentunya, sangat menggiurkan. Sekelompok pedagang ini ternyata juga membentuk sebuah komunitas yang dinamakan Plengkung Street Food Community atau komunitas pedagang makanan kaki lima Plengkung.

Sesuai dengan namanya, Plengkung Street Food Community mengambil nama yang terinspirasi dari ikon sejarah Plengkung. Komunitas yang berdiri pada pertengahan tahun 2019 ini, didirikan atas anjuran dari pemerintahan Kota Magelang dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Desperindag) Provinsi Jawa Tengah serta Satpol PP Kota Magelang. Tujuannya, tidak lain dan tidak bukan untuk menertibkan para pedagang kaki lima yang seringkali berdagang di sembarang tempat dan tentu mengganggu para pejalan kaki serta pengendara yang sedang melintas. Selain itu, dibentuknya komunitas ini juga digunakan untuk memudahkan pendataan dari pihak Satpol PP Kota Magelang.

Saya dan dua orang rekan saya dari Kelompok Analisis Sosial Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai Plengkung Street Food Community ini. Lewat wawancara yang saya dan dua orang rekan saya lakukan dengan salah satu pedagang Kaki Lima di sana, diketahui bahwa memang Komunitas Plengkung ini masih tergolong komunitas baru di Kota Magelan. "Karena dulu belum ada paguyuban, terus yang jualan itu masih bebas, terus belum tertata, maka dari itu dari pihak Satpol PP datang dan dimintai data dari yang berjualan, maka dari situ dibuatlah paguyuban, agar lebih mudah pendataan saja", ungkap Mas Linggar yang merupakan salah satu pedagang minuman Teh Poci di Komunitas Plengkung.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Plengkung Street Food Community ini memiliki anggota yang berjumlah 33 orang yang sudah termasuk struktur kepengurusan komunitas. Dengan diketuai oleh Bapak Heru Prasojo, komunitas ini mengalami perkembangan jumlah anggota yang cukup signifikan. Dari perkiraan Mas Linggar, di tahun 2019 terdapat 20 pedagang, di tahun 2020 terdapat 25 pedagang, dan terakhir di tahun 2021 dan 2022 terdapat 33 pedagang di komunitas ini. Jumlah ini tidak akan bertambah, dikarenakan tempat membuka lapak berdagang sudah penuh dan tidak memungkinkan untuk membuka lapak pedagang lagi. Hal ini terjadi karena memang tempat yang diperuntukan berdagang tidak cukup luas.

Dari 33 anggota komunitas yang sudah dikatakan di paragraf sebelumnya, hanya ada sekitar 15 pedagang yang aktif di dalam komunitas ini. Pada awalnya, asumsi saya dan dua orang rekan saya mengatakan bahwa memang karena komunitas ini bukan murni didirikan dari keinginan setiap pedagang untuk membentuk suatu komunitas, melainkan dari anjuran pemerintah, maka dari itu setiap acara atau kegiatan yang dilakukan Plengkung Street Food Community tidak dapat berjalan dengan baik. Namun, Mas Linggar mengkonfirmasi bahwa ketidaktifan anggota ini dikarenakan sebagian pedagang banyak meliburkan diri karena mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk menambah penghasilan dan mungkin masih mencari pengganti untuk berjualan. Inilah masalah yang dapat saya temukan.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Solusi dari permasalahan Plengkung Street Food Community ini jika memang kurang menghasilkan keuntungan bagi para pedagang adalah mencari alternatif lain agar orang-orang dapat meilirik atau tertarik dengan tempat ini. Misalnya dengan memberikan alternatif makanan dan minuman yang lebih beragam lagi, mempromosikan Komunitas ini di sosial media dan lebih banyak mengadakan acara atau event (misal disaat lebaran, tahun baru, dan lain-lain) yang dapat membuat banyak orang tertarik untuk membeli barang dagangan di area Plengkung ini. Saya sendiri pada saat mengunjungi tempat Komunitas Plengkung ini berdagang juga sedikit bingung dikarenakan kurangnya pengunjung yang datang.

Selain itu, peran dari pemerintah untuk mendukung perekonomian dari para pedagang juga wajib dilakukan demi kesejahteraan pedagang di Plengkung Street Food Community ini. Bukan hanya sekedar membutuhkan keterangan atau data dari pedagang yang berjualan, melainkan juga memberikan bantuan promosi agar sekiranya Komunitas Street Food Plengkung ini dapat diminati oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota Magelang. Oleh karena itu, membangun personal branding perlu untuk dilakukan pula agar nantinya komunitas street food plengkung ini bisa dilirik oleh banyak orang.

Menurut Montoya (2006), personal branding sendiri merupakan sebuah seni dalam menarik dan memelihara lebih banyak klien dengan cara membentuk persepsi publik secara aktif. Pembentukan persepsi terhadap  Plengkung Street Food Community ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misal menggunakan promosi lewat media sosial, youtube, dan artikel-artikel seputar tempat kuliner. Pembentuk personal branding juga bukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian banyak orang, melainkan juga untuk menambah ilmu serta keuntungan dari melakukan hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun