Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya Pun Ingin Menikah Seperti yang Lain

2 Juni 2023   09:50 Diperbarui: 2 Juni 2023   09:54 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah | pixabay.com/Alexas_Fotos 

Di usia yang lebih dari 30 tahun, saya cukup yakin mau dan mampu duduk manis di pelaminan disalami ratusan tamu undangan. Memakai beskap dan blangkon kasunanan. Sudah kelewat matang secara mental dan ekonomi. Tapi yang namanya takdir, sampai sekarang saya masih dijomblokan oleh Tuhan yang Maha Memasangkan hamba-Nya.

Seringkali saya merenung, apa karena saya beberapa tahun lalu sering menyerang pasukan nikah muda yang ujungnya cerai. Atau karena dulu semasa kecil sering makan di depan pintu. Pamali, katanya. Apa pun itu, saya sungguh tidak menikmati kesendirian ini. Iri melihat teman-teman instagram yang sering pamer kemesraan bercanda dengan anak-anaknya.

Banyak yang menyarankan agar saya meruntuhkan dinding idealisme perkara "jodoh ada yang mengatur." Sepanjang hidup saya tidak pernah mbribik wanita. Malah seringkali saya dikode-kode wanita. Sayangnya, mereka bukan tipe ideal secara karakter dan teknik komunikasi yang tepat untuk saya. Padahal saya tidak muluk-muluk mencari pasangan. Seperti pesan Gus Baha', "Penting salat medhep ngolun," (Asalkan salat masih menghadap ke kiblat).

Setiap balik ke rumah selalu disindir-sindir orang tua tentang siapa pasangan saya, kapan akan menikah, dan sudah punya tabungan berapa untuk resepsi. Saking introvertnya perkara masa depan pasangan saya, sampai dicarikan "orang pintar" untuk merukyah saya. Katanya ada orang yang pernah sakit hati dengan saya dan mengirim jin antinikah yang nggondeli saya selama ini.

Eh, setelah dirukyah juga sama saja keadaannya. Analisis saya, lamanya masa jomblo akibat saya sendiri yang berharap tiba-tiba ada perawan datang ke rumah untuk menikahi saya. Setidaknya sampai sekarang, saya masih berprinsip untuk tidak mbribik wanita. Mengubah karakter yang semula pendiam menjadi sok asyik dan perhatian kepada wanita.

Entah sampai kapan, yang jelas saya mulai resah dan mulai sering mendengarkan lagu Kunto Aji (Terlalu Lama Sendiri) dan lagu Dzawin Nur (Siapa?). Teman-teman yang selalu saya mintai mencarikan jodoh juga mulai putus asa ketika merekomendasikan calon namun sering saya tolak karena saya melihat tidak ada chemistry. 

Wiridan saya juga mulai fokus pada jodoh, jodoh, dan jodoh. Minta bantuan santri ahli ibadah, ulama yang sudah meninggal, hingga langsung nagih kepada Allah Swt. Dalam bayanganku, Isrofil datang dan bertuah, "Jodoh itu di tangan Tuhan, namun jika engkau tidak berusaha mengambilnya, ia akan tetap cementel di tangan Tuhan."

Padahal saya sudah menyiapkan konten media sosial pra pernikahan, lokasi bulan madu, hingga nama anak beserta pendidikannya. Ealah, jodohnya belum tampak hilalnya. Kadang saya berpikir, apa saya ditakdirkan menjadi sufi yang uzlah dari bingar-bingar dunia. Dilarang mencintai siapapun dan apapun selain Allah. Saya kira tidak mungkin dengan perilaku yang masih suka salat jarang tepat waktu ini.

Aku pun ingin menikah seperti yang lain. Dimasakan ketika pulang kerja, dibangunkan salat subuh, bahas calon presiden sebelum tidur, dan membuatkan akun instagram untuk anak. Aku pun ingin merasakan berdebarnya jantung saat lamaran, mengucapkan akad, dan prosesi malam pertama.

Menariknya perjalanan hidup saya, sesulit-sulitnya saya menemukan jodoh, saya sering dijadikan tempat curhat orang-orang yang ada masalah ketika pacaran, dimintai nasehat ketika ada konflik rumah tangga, dan dimintai doa agar menjadi keluarga yang sakinah. Saking penginnya menikah, saya sudah banyak baca buku psikologi pernikahan, kitab Qurrotul Uyun, dan sowan pada orang-orang yang punya hubungan harmonis setelah lama menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun