Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Kolonial 4: Orang Belanda Tak Pernah Mandi

28 Desember 2020   19:47 Diperbarui: 28 Desember 2020   20:02 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drawings from the camps in the occupied Dutch East Indies (1942-1945) | geheugen.delpher.nl

Orang Belanda itu secara harafiah atau letterlijk tak pernah mandi. 

Pada masa kini mereka paling-paling berendam di bak atau di bathup yang dalam bahasanya mereka sebut sebagai een bad nemen. Kalau jaman dahulu mungkin orang-orang Belanda ini akan bad nemen tidak di bathup tapi di ember besar atau jika suhu udara memungkin di sungai atau di danau, suatu tradisi peradaban barat yang kemungkinan besar berasal dari era awal kekristenan (Thurlkill, 2016).

Kalau ingin irit air atau tidak punya banyak waktu, maka mereka akan mandi di bawah pancuran atau yang kita sebut dalam bahasa Inggris sebagai shower. Dalam bahasa belanda, mandi di bawah air pancuran ini disebut sebagai een douche nemen atau te douchen. Lucunya douche ini pun bukan tradisi asli Belanda karena secara etimologis atau asal-usul kata, kata douche ini berasal dari Bahasa Perancis.

Lalu sejak kapan orang Perancis dan Eropa mulai mandi di bawah pancuran?

Menurut Dajon (2004), mandi di bawah pancuran diperkenalkan pertama kali oleh Jean Pidoux, tabib Raja Henri III sebagai suatu teknik pengobatan yang dipopulerkan dalam bukunya yang terbit di tahun 1597 yang konon terinspirasi oleh tradisi Mesir atau Yunani sejak abad 5 SM. Namun demikian di Perancis praktek ini banyak ditentang karena pada abad 16 dan 17, banyak penyakit ditularkan lewat air sehinggga tidak populer.

Baru pada abad 19 mandi di pancuran menjadi populer setelah sistem penjernihan air menjadi jauh lebih baik. Pada tahun 1872 seorang dokter penjara di kota Rouen bernama Merry Delabost mewajibkan para narapidana di sana untuk mandi secara perorangan dengan sistem pancuran untuk menggantikan cara mandi berendam bersama-sama yang dinilai terlalu lama dan boros air dan tidak higienis. 

Kembali ke Belanda, penulis memperkirakan bahwa para tentara yang datang di Indonesia sejak abad 16 pada awalnya hanya mempraktekan cara mandi berendam (bad nemen) di sungai, di danau atau di ember-ember besar.

Barulah pada akhir abad 19, para londho ini menerapkan cara mandi di bawah pancuran (te douchen). Menurut penulis, kata "te douchen" sendiri pada akhirnya diserap dalam bahasa Jawa untuk mengatakan mandi yaitu adhus (!).

Akhirnya, kata "mandi" sendiri ternyata ada di kosakata bahasa Belanda. Menurut Instituut voor de Nederlandse taal atau INL (2007), kata kerja te mandien berarti membersihkan diri dengan menggunakan ember berisi air yang disiramkan ke badan (Een stortbad nemen door emmertjes water over zich heen te scheppen). 

Pada kenyataannya sampai hari ini mandi dengan menggunakan ember kecil atau gayung untuk menguyurkan air ke badan bukanlah merupakan praktek membersihkan badan yang lazim di negara-negara barat termasuk Belanda. Sampai hari ini cara populer untuk membersihkan di negara-negara tersebut adalah berendam atau dengan pancuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun