Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konten Porno Menyebar Hampir 95% Wilayah Indonesia

8 Juni 2014   04:53 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:45 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1402152548481073690

Teknologi informasi dan telekomunikasi semakin menjamur di Indonesia. Tuntutan global membuat masyarakat semakin gencar menggunakan dan mengakses media maya untuk mengetahui segala informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2014 ini naik sebesar 430 persen. Secara kumulatif, hampir 100 persen dari pengguna internet menggunakan search engine Google. Dengan meningkatnya kecanggihan teknologi, saat ini Google memiliki salah satu alat yang berfungsi sebagai pemantau frekuensi penggunaan yang dirangking dalam bentuk indeks tertentu dengan rentang antara 0 sampai 100, alat tersebut disebut Google Trends.
Berkaitan dengan kecanggihan alat pemantau tersebut, saat ini kita mencoba untuk melihat dan memetakan persebaran penggunaan Google sebagai search engine berkonten porno. Oleh karenanya, sampai saat ini di Indonesia masih dilanda bencana degradasi moral, terutama di kalangan anak-anak hingga remaja. Akibat bencana tersebut, jumlah penderita gangguan mental sangat banyak ditemukan di sekitar kita, dan yang masih parah adalah jumlah kasus penderita AIDS. Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga tahun 2009, secara kumulatif penderita AIDS di Indonesia mencapai 18.442 kasus dengan proyeksi di tahun 2014 ini sebanya 79.200 kasus untuk usia 15 – 49 tahun. Ternyata, proyeksi tersebut memang benar terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diantaranya kasus meninggalnya 899 dari 8.324 kasus penderita AIDS di Jawa Tengah (Kompas.com, 31/05/2014) dan jumlah pengidap AIDS menembus angka 1.789 orang di Banyuwangi, Jawa Timur (Kompas.com, 21/05/2014).
AIDS yang disebabkan oleh virus HIV memang terbukti telah memakan banyak korban jiwa. Penyakit tersebut memang awalnya disebabkan oleh fenomena free sex yang terjadi di semua lapisan usia, tidak hanya usia remaja tetapi juga usia dewasa. Penyebab utama penyakit AIDS umumnya diawali dengan seringnya berganti-ganti pasangan berhubungan intima atau alat suntik yang telah terkontaminasi penderita AIDS.
Pembahasan mengenai free sex sangat lekat kaitannya dengan maraknya kasus pornoaksi dan pornografi. Meskipun pemerintah sudah mensahkan Undang – Undang yang khusus mengatur tentang tindakan tersebut, yakni UU Nomor 44 tahun 2008, di Indonesia masih sangat kerap terjadi pelanggaran tindakan tersebut. Ini menunjukkan adanya kekurangefektifan mengenai aplikasi dari UU tersebut.
Banyak masyarakat, entah mulai awal pubersitas entah usia 20 tahun ke atas masih terjerat oleh tindakan pornoaksi dan pornografi. Diketahui bahwa memang tindakan tersebut salah satu penyebab awal adalah keseringan menonton video atau konten-konten dari internet yang mengandung porno. Dan ternyata dengan menggunakan fasilitas Google Trends, penyebaran penggunaan konten berlabel porno tersebut hampir melingkupi seluruh wilayah di Indonesia.

Berdasarkan data frekuentif dan tren dari Google Trends terlihat, bahwa penyebaran pengguna internet dengan media search engine Google yang mengandung konten porno menyebar merata sekitar 95 persen wilayah di Indonesia. Dengan gradasi yang terlihat, bahwa terdapat 9 provinsi utama yang menjadi fokus pengawasan bagi pemerintah Indonesia, khususnya dalam mengantisipasi dampak hilir (AIDS) konten porno di Indonesia, yaitu Sumatera Utara dan Kepulauan Nias dan sekitarnya, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan Maluku, serta Papua.
Gradasi warna yang pekat tersebut merupakan daerah yang terpantau Google sebagai daerah dengan pengguna konten berbau porno tersering (frekuensi tinggi). Oleh karenanya, pemerintah, dalam hal ini kementerian kesehatan hendaknya juga menggunakan media ini dalam melihat dan memantau seberapa besar tingkat pengguna konten porno guna pengambilan kebijakan di bidang kesehatan, terutama dalam upaya menekan angka penderita dan korban AIDS oleh virus HIV di Indonesia.
Dengan masih tingginya frekuensi tersebut, maka hendaknya program – program berbasis kesehatan seksual hendaknya lebih diintensifkan pada di 9 daerah tersebut. Estimasi penyebaran yang sekitar hampir 95 persen pengguna internet masih berbau porno dan umumnya dikonsumsi oleh kalangan usia anak-anak hingga remaja menunjukkan bahwa memang generasi muda Indonesia saat ini kondisi perkembangan psikologisnya separuh lebih lambat daripada kematangan biologisnya sehingga dapat diperkirakan jumlah generasi muda yang lebih cepat mengalami pubersitas sebelum usia yang normal pubersitas, salah satunya dengan seringnya mengkonsumsi konten-konten internet berbau porno.
Ini adalah ancaman serius kedepannya jika pemerintah kurang cepat dalam penanganan, karena generasi muda Indonesia adalah the agent of change dalam menentukan sustainabilitas pembangunan bermoral dan berkarakter luhur demi menjaga nama baik bangsa Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun